Potensi Budaya Destinasi Superprioritas di Likupang Minahasa Utara

Dra. Sientje Suatan, M.Si.(Foto: ist.)

POTENSI pengembangan industri pariwisata di Indonesia dirasakan demikian mendesak dilakukan ketika dampak ekonomi yang ditimbulkan dianggap aset potensial yang mendukung pemasukan devisa Negara. Terutama, setelah pendapatan Negara dari sektor industri migas sudah tidak lagi merupakan primadona karena merosotnya harga minyak bumi di pasaran dunia. Di antara industri-industri yang sudah ada, bagi pemerintah Indonesia, industri pariwisata merupakan salah satu alternatif utama.

Di Sulawesi Utara industri pariwisata menjadi pusat perhatian pemerintah, dimana yang diharapkan dapat dijadikan salah satu aspek usaha peningkatan devisa Negara . Keragaman budaya merupakan potensi utama dalam menarik perhatian para pengunjung , sehingga pariwisata mulai mendapat perhatian intensif dengan dimasukkannya kedalam agenda peningkatan dan pengembangan ekonomi daerah. Tujuannya untuk menyebar luaskan kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia dan memperkenalkan kebudayaan etnik Indonesia ke dunia luar (Pendit 1984; 64).

Wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui, atau mempelajari daerah dan kebudayaan masyarakat lokal. Selain beada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti berineraksi dengan masyarakat local, bukan saja dengan mereka yang secara lansung melayani kebutuhan wisatawan, melainkan juga dengan masyarakat secara luas.

Interaksi dengan masyarakat luas ini semakin intensif kalau jenis pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya, karena kebudayaan melekat pada kehidupan masyarakat sehar-hari. Pada jenis pariwisata lain, seperti marine tourism atau adventure tourism, interaksi dengan masyarakat lokal mungkin kurang intensif, karena obyek yang ditemui adalah alam/benda mati.

Sulawesi Utara dalam pengembangannya sebagai daerah tujuan wisata tentunya akan banyak bergantung pada daya tarik dan keunikan daerah itu sendiri. Daya tarik berupa beberapa keindahan alam, tempat bersejarah, tatacara hidup masyarakat, upacara keagamaan, dan seni budaya tradisionalnya. Tata cara hidup yang bersifat tradisional dari suatu masyarakat juga biasanya menjadi daya dorong penting untuk ditawarkan pada para wisatawan.

Belakangan ini kemerosotan kesenian tradisional, sudah mulai dirasakan. Keadaan agak gawat dan bila tidak diadakan pembinaan, kedepan dikhawatirkan akan hilang, kemerosotan itu antara lain disebabkan oleh masyarakat dan penduduk setempat tidak lagi memberikan perhatian. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern, atau mungkin juga karena seni budaya tradisional dinilai masih dirasakan ada kekurangan-kekurangan dibanding dengan seni modern mulai melanda masuk desa.

Sejak ditetapkan Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata, yaitu menjadikan wilayah Likupang Kabupaten Minahasa Utara di Propinsi Sulawesi Utara menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai destinasi super prioritas nasional.

Hal ini memberi angin segar bagi masyarakat dan pemerintah daerah Propinsi Sulawesi Utara karena dapat memperoleh manfaat langsung akan naiknya pendapatan Asli Daerah (PAD), terbukanya kesempatan berusaha dan meningkatnya lapangan pekerjaan pada masyarakat di Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Destinasi Likupang di Sulawesi Utara sebagai destinasi super prioritas nasional merupakan lokasi yang strategis, bukan saja merupakan pintu gerbang Asia-Pasifik, tetapi juga merupakan melting spot (tempat berbaur) dari berbagai sub kultur.

Destinasi ini, merupakan suatu area yang dipilih untuk di jual kepada wisatawan dengan sejumlah karakteristik yang menunjangnya : (1) merupakan pilihan yang menarik bagi konsumennya;(2) tersedia fasilitas dan atraksi; (3) memiliki lokasi geogrfis dan kondisi alam yang menarik/menyenangkan; (4) kerama tamahan masyarakatnya; (5) situasi politik yang stabil dan damai. Dari keseluruhan persyaratan diatas, destinasi Likupang dapat memenuhi persyaratan.

Likupang sebagai Destinasi Super Prioritas Nasional

Likupang Berada di Kabupaten Minahasa Utara Propensi Sulawesi Utara, tempat ini menyimpan banyak eksotisme wisata alam yang layak di eksplor lebih jauh. Pengunjung dapat menikmati pantai, hutan bakau hingga pemandangan bawa laut. Karena pesona alam tersebut Pemerintah menjadikan Likupang sebagai destinasi super prioritas.

  1. Pantai Pulisan

Lokasi ini berada di Likupang Timur, Pantai dengan hamparan pasir putih yang lembut ini menjadi destinasi favorit di Likupang. Dengan jernihnya air laut semakin menambah keindahannya. Selain itu terdapat batu karang yang menyerupai gua yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Di kawasan pantai pulisan, terdapat juga bukit yang memperlihatkan hamparan padang rumput dengan pemandangan laut yang indah. Untuk menuju puncaknya pengunjung harus melewati perjalanan yang agak menantang selama I jam.

  1. Pantai Paal

Pantai berpasir putih ini punya ombak yang tenang, sehingga cocok buat snorkeling. Pengunjung juga biasa bersantai dengan naik speedboat atau bersantai di gazebo yang disewakan.

  1. Pantai Lihaga

Untuk mencapai pulau Lihaga, wisatawan menyewa perahu dari pelabuhan Serei seharga Rp 800 ribu untuk 20 orang. meski harus menempu sekitar 2 jam perjalanan, jerih payah tersebut akan terbayar saat melihat pemandangan indahnya lokasi tersebut. Di sana bisa bermalam dan mendirikan tenda.

  1. Pulau Gangga

Pulau kecil ini berdekatan dengan Lihaga yang sering jadi destinasi diving incaran wisatawan. Tak heran karena banyak Biota Laut dan terumbu karang yang mempesona menjadi daya tarik tersendiri. Untuk mencapai pulau ini harus naik speedboat sekitar 40 menit. Pulau ini berada di Likupang Barat Minahasa Utara.

  1. Ekowisata Desa Bahoi

Desa nelayan ini punya ekowisata mandiri yang bertujuan untuk menjaga ekosistem laut. Ekowisata desa Bahoi terdiri dari hutan Bakau yang berada di tepi laut. Pemandangan bawa lautnyapun begitu indah dengan beragam terumbuh karang dan ikan. Desa ini terletak di Likupang Barat.

Objek-objek di Likupang seperti Pantai Paal Marinsow dan pantai Pulisan dan lainnya, merupakan kawasan wisata di Sulawesi Utara yang banyak menawarkan wisata bahari serta panorama laut dan pantai yang menjanjikan untuk dinikmati. Setelah ditetapkannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata maka potensinya sangat besar untuk berkembang.

Keunggulan geoekonomi bertumpu pada lokasi Likupang di Kabupaten Minahasa Utara yang memiliki orientasi geografis wilayah berdekatan dengan bandara Sam Ratulangi dan Pelabuhan Bitung. KEK Likupang ini diproyeksikan dapat menarik investasi dan menyerap banyak tenaga kerja. Keunggulan geostrategis wilayah yang dimiliki Likupang yaitu sektor pariwisata dengan tema resor (resort) dan wisata budaya (cultural tourism).

Tema tersebut didukung oleh kawasan yang memiliki pantai dengan dengan Wallace Conservation Center. Konsep kawasan ekonomi khusus Likupang akan mengembangkan resor kelas premium dan kelas menengah (mid range resort), budaya (culture) dan pengembangan Wallace Consevation.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Likupang diprediksi akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara ke depan, sehingga perlu perluasan pasar pariwisata dengan terus meningkatkan kedatangan wisman dan bukan hanya turis-turis Cina tetapi perlu dilakukan untuk mendatangkan turis-turis Eropah dan Amerika Serikat yang umumnya memiliki kualitas pengeluaran yang lebih tinggi.

Perlu penguatan kearifan dan tradisi lokal dengan menjadikannya sebagai daya tarik wisatawan. Dengan penguatan kearifan local yang ada pemerintah perlu merumuskan bentuk atraksi dan potensi kedalam paket wisata yang terintegrsi. Beberapa potensi yang bisa digabungkan antara lain wisata alam, bahari, buatan, serta industri ekonomi kreatif.

Sudah barang tentu bahwa-acara-acara yang selama ini dalam perjalanan dipenuhi dengan usaha memperoleh keunikan masyarakat dalam sejarah dan budaya, yang mereka datangi tanpa membuang kesempatan untuk mengerti apalagi menghayati secara mendalam.

Apalagi kalau mereka datang dengan kelompok wisatawan yang sejak turun dari pesawat terbang langsung dipimpin ke hotel dan ketempat atraksi pariwisata yang disatu oleh biro pariwisata.

Dengan demikian selain faktor waktu juga ruang gerak atau kontak social para wisatawan dengan masyarakat yang didatangi itu amat terbatas pada atraksi pariwisata tertentu.

Dapat dikatakan bahwa umumnya wisatawan itu adalah pihak yang mempunyai kelebihan untuk menikmati pemandangan baru yang jarang atau belum pernah ada di tempat mereka. Jadi motivasi para wisatawan itu pertama-tama adalah berusaha untuk ingin tahu, tentang hal-hal yang dianggap luar biasa atau belum pernah ditemui dalam kehidupan mereka sehari-hari secara nyata dan otentik.

Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Destinasi Wisata

Agar kebudayaan itu lestari,yaitu selalu ada eksistensinya, maka faktor-faktor yang perlu dijamin kelangsungannya meliputi; perlindungsn, pengembangan, dan pemanfaatan. Perlindungan meliputi upaya-upaya untuk menjaga agar hasil-hail budaya tidak hilang dan atau rusak; pengembangan, mengikuti pengolahan yang menghasilkan peningkatan mutu dan atau perluasan khazanah; sedangkan pemanfaatan; meliputi upaya-upaya untuk menggunakan hasil-hasil budaya untuk bergagai keperluan, seperti untuk menekankan citra identitas daerah (nasional), untuk pendidikan, kesadaran budaya akan dijadikan sebagai muatan industri budaya sebagai daya tarik wisata.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebudayaan merupakan suatu entitas yang otonom dalam kehidupan umat manusia, yang mempunyai system, mekanisme, serta tujuan-tujuan pada dirinya sendiri. Kaitannya dengan pariwisata secara normative hanyalah sebatas unsur-unsurnya tertentu dijadikan objek daya tarik wisata, dan ini merupakan salah satu dari upaya pemanfaatan potensi budaya.

Kegiatan pariwisata sendiri adalah salah satu ungkapan budaya. Mungkin tidak semua kebudayaan mempunyai konsep yang sama mengenai kegiatan berwisata. Bahkan mungkin sama sekali tidak mengenalnya.

Pariwisata sebagai upaya yang sengaja, bertujuan untuk mendapatkan suatu pengalaman khusus ditempat lain, diluar kawasan hunian si “wisatawan”, untuk kemudian kembali pulang, diatur dalam suatu biro jasa, adalah konsep yang pertama kali muncul di kalangan orang “barat” dari semangat eksplorasi yang pada gilirannya beberapa abad yang lalu telah membuahkan kolonisasi dan imprialisme oleh bangsa-bangsa barat. Kini pariwisata telah menjadi kegiatan umum yang dikenal dan dijalankan dihampir semua Negara yang ada di dunia ini.

Kebudayaan yang hidup mempunyai dinamika sendiri; dinamika pemertahanan maupun dinamika perubahan. Fungsi utama kebudayaan adalah untuk membuat masyarakat pendukungnya tetap mempunyai kebersatuan dalam sama-sama memiliki kebudayaan tersebut sebagai jatidirinya. Objek daya tarik wisata budaya ini dapat berkisar pada beberapa hal seperti; kesenian dari penduduk setempat, upacara adat, tataboga, serta ketrampilan-ketrampilan khusus membuat alat-alat dll.

Objek-objek ini tidak jarang dikemas khusus untuk penyajian untuk turis, dengan maksud agar menjadi lebih menarik. Dalam hal inilah terjadi kesenjangan selera antara kalangan seni dan kalangan industry pariwisata. Kompromi-kompromi sering harus diambil.

Faktor-faktor budaya memiliki manfaat yang amat penting antara lain:

  1. Sebagai bahan promosi kepariwisataan secara umum baik dalam mupun luar negeri.
  2. Produk seni budaya akan menyiapkan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan masyarakatnya.
  3. Penampilan seni dan budaya disamping menarik perhatian wisatawan juga dapat meningkatkan pemberdayaan seni dan budaya daerah.
  4. Penampilan seni dan budaya dapat meningkatkan pemeliharaan produk budaya, galeri,dan monument-monumen seni budaya lainnya.
  5. Dana yang dihasilkan dengan penjualan produk seni budaya bias meningkatkan taqraf hidup masyarakat.
  6. Sentuhan seni budaya dapat meningkatkan harkat, kehormatan dan pemahaman akan arti kemanusiaan.

Sebelum terjadinya pandemi Covid-19, lonjakan wisatawan inernasional ke Sulawesi Utara meningkat terutama yang berasal dari Cina sehingga pemerintah membuka penerbangan ke 9 kota. Dari bandara Internasional Sam Ratulang ke Singapura, dan 8 kota di Cina yaitu: Chengdu, Chongging, Gunzhou, Wuhan, Nanchang, Changsha, dan lainnya. Akan mendorong upaya masyarakat terus berkreasi dan memelihara bentuk-bentuk kesenian dan tradisinya.

Soedharsono dalam artikelnya tentang “Industri Pariwisata Sebuah Tantangan dan Harapan” membenarkan bahwa berkembangnya pariwisata sebagai industry terbesar decade ini memunculkan berbagai bentuk-bentuk seni budaya pariwisata yang sering disebut seni-wisata (tourist art).

Pengembangan seni budaya daerah sebagai paket wisata diarahkan pada penciptaan iklim yang mendorong berkembangnya upaya upaya masyarakat untuk menggali komoditi unggulannya di masing-masing daerahnya. Dengan menekankan pada penanganan seni budaya yang bersifat “cultural Industry” termasuk pada penangan produksi seni dan budaya sebagai unggulan.

Produk seni budaya ini sangat bermanfaat dalam pengembangan paket wisata. Oleh karena itu, perlu diinventarisasi seni budaya unggulan tersebut untuk dijadikan atraksi yang tampilan kemasannya mempunyai nilai-nilai khas daerah.(**)

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *