TONDANO, LensaUtara.id – Pada 3 September 2022 lalu, Presiden Republik Indonesia resmi mengumumkan kenaikkan harga untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar. Hal ini tentunya banyak menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Khususnya pengemudi ojek Online dan ojek biasa.
Menjelang 1 bulan setelah ditetapkannya harga baru pada BBM jenis Pertalite, pengaruh terhadap pendapatan setiap pengemudi ojek online maupun biasa sangat beragam. Ada yang menguras modal dan ada yang tidak.
Khusus bagi pengemudi ojek online, beberapa hari setelah kenaikan harga BBM tarifnya pun ikut naik. “For sekarang sih torang so nda talalu barasa kalo bensin. Karena torang pe tarif iko nae leh jadi seimbang for modal ba isi bensin,” ungkap Maikel Mondong, pengemudi ojek online saat berteduh di ruas jalan depan Kantor Bupati Minahasa, Tondano.
Namun, saat setelah kenaikan harga BBM awal September lalu memang sempat terjadi kesusahan bagi para pengemudi ojek Online karena lambatnya respon dari perusahaan.
Selain itu juga, bagi para ojek biasa yang hanya menunggu atau mencari penumpang sendiri tentu berpengaruh dari kenaikan harga BBM ini.
Seorang pengemudi ojek biasa yang sedang beristirahat di sebuah pangkalan ojek dekat Lapangan God Bless Tondano, yang tidak ingin menyebutkan namanya mengatakan: “Torang banya pelanggan langganan mar sekarang so berkurang karena torang pe tarif ojek so nae. Yang biasanya rumah ke kantor 10 ribu pas torang se nae jadi 15 ribu atau 20 ribu dorang so nimau mo nae.”
Tentunya hal tersebut menjadi penghambat bagi para pengemudi ojek biasa karena hanya mencari penumpang sendiri dimana itu dapat menguras bahan bakar pada kendaraan mereka.
Harapan para pengemudi ojek online maupun ojek biasanya tentunya adalah agar pemerintah dapat menyeimbangkan lagi segala kebutuhan masyarakat. Salah satunya Bahan Bakar Minyak yang menjadi modal mereka dalam mencari penghasilan.