MANADO, LensaUtara.id – Kain tenun Bentenan kini sudah cukup populer. Namun kain tenun Bentenan ini, sering juga orang menyebutnya Batik Bentenan.
Padahal penyebutan Kain Bentenan yang disamakan dengan Batik Bentenan ternyata keliru. Karena keduanya memiliki pengertian berbeda.
Berikut penjelasan Lina Markadi dari KRISMA Kain Bentenan (Kerajinan Seni Minahasa) yang diutarakannya kepada LensaUtara.id, Sabtu (09/07).
Ia mengatakan, sudah jadi kebiasan sehari-hari orang mengucapkan Batik Bentenan. “Padahal, kalau secara teknis mengenai tekstil, orang Minahasa di Sulawesi Utara dari dulu tidak mengenal metode atau tehnik ‘Canting’ (alat membatik). Mereka hanya merajut dan kemudian menenun,” jelasnya.
Lina menambahkan, bukan saja karena teknik pembuatannya, namun juga di saat sebelum menenun pada zaman abad ke-7, suku Minahasa di Desa Bentenan yang terletak di Pantai Timur Minahasa Tenggara, melaksanakan ritual pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan lantunan lagu.
Namun perkembangan zaman, kain tersebut terakhir ditenun di daerah Ratahan pada tahun 1900-an. Dan sekarang banyak disalahartikan dengan kebiasaan mengatakan Batik Bentenan.
Bagi yang berminat dengan Kain Bentenan, dapat berbelanja di “KRISMA Kain Bentenan” (sebelumnya KAREMA). Ini adalah nama dari geray Markadi yang terletak di Ground Floor no H54-56 Mega Trade Center Megamas Manado. Di sini menjual produk kerajianan nuansa Bentenan mulai dari kain, tas, aksesoris, serta seragam sekolah dan kantor dari kain Bentenan.(van)