LBH Manado Dampingi 7 Anak Panti Asuhan Korban Pelecehan Seksual di Bolmong

Bukan Satu-satunya Korban dan Keterlibatan Mother

Dikesempatan itu, kami juga bertemu dengan Hawa, bukan nama asli. Iya tinggal di Panti Asuhan sejak tahun 2014 sampai tahun 2021. Pengalamannya tidak jauh beda dengan Nami, mereka sama-sama korban.

“Kita pernah dia minta urut sampe Father pe pantat,” ucap Hawa sambil merunduk.

Dari pengakuan para korban, diketahui dalam menjalankan aksinya, Father sering meminta beberapa anak perempuan sekaligus memijitnya secara bersamaan.

“Di kamar lengkali ada 2 anak, kong torang dia suruh sama-sama urut kong dia pegang-pegang pa torang, Kalo torang cewe-cewe ja mandi dia minta jang tutup pintu kong dia ja hoba.”

Sejauh ini ada 7 anak yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual si Father.

Diketahui, jumlah anak yang tinggal di Panti Asuhan per tahun 2021 beriksar 46 anak, dengan mayoritas anak perempuan. Panti Asuhan tersebut sudah ada sejak belasan tahun yang lalu, dan masih jalan sampai hari ini.

“Panti berdiri sekitar 15 tahun lalu,” kata Paman.

Besar kemungkinan masih ada korban lain yang enggan bersuara. Keluarga mereka masih menutupi, bahkan ada yang memilih keluar dari desa untuk menghindar dari cobaan musibah yang lebih pelik.

Beberapa tahun lalu ada juga anak lain yang sempat melaporkan sebagai korban kekerasan seksual ke Polres Bolaang Mongondow, tapi sama, hasilnya nihil. Laporan tidak diproses. Korban yang melapor saat itu belum diketahui kabarnya saat ini.

“So lupa tahun berapa, cuman torang tau ada anak daba lapor masalah sama deng ini di Polres cuman nda diproses,” ucap Paman.

Saat ditanya soal apakah istri Father tahu soal peristiwa anak, kedua korban menyampaikan hal yang tak terduga. Istrinya tahu soal kejahatan yang dilakukan suaminya. Tidak hanya mendiamkan, bahkan korban mengatakan ketika ia menolak ajakan pelaku, sang suami meminta istrinya untuk membujuk anak-anak agar bisa memijit Father. Dan hal itu diindahkan oleh istri.

“Mother tahu ini, kami terhentak, dia pernah marah cuman abis itu sebiar, Mother ja minta torang pijit pa Father.”

Sebagian besar warga desa mengetahui hal ini, tapi enggan dan takut bersuara. Posisi Father dan Mother sebagai hamba tuhan dan merupakan orang berada di kampung jadi salah satu alasan mereka diam.

“Torang orang kecil, nda berani basuara karena tako kasyang kong salah bacerita kong dia lapor bale,” kata salah satu warga.

“Dia pernah basinggung, sosere pa kita di muka jemaat waktu dia ba khotbah, karena kita pernah ba kritik pa dia,” sambung warga yang lain.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *