Manado, LensaUtara.id – Terkait Kasus Perundungan berujung kematian di MTs 1 Kotamobagu, sebuah kasus kriminal yang pelakunya merupakan anak dibawah umur, tidak bisa disikapi mentah seperti kasus kriminal yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak yang menjadi pelaku dalam kasus kriminal juga merupakan korban, begitu kata keilmuan Psikologi.
Beberapa pekan kebelakang terjadi rentetan kasus kriminal yang korban dan pelakunya menyeret anak-anak dibawah umur, hal ini membuat sosial gamang untuk menentukan emosi apa yang tepat untuk melihat kasus tersebut.
Kasus bullying terjadi disebuah lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah (Mts) 1 Kotamobagu.
Kejadian yang merenggut nyawa seorang anak berumur 13 tahun, dimana para pelakunya adalah teman sebaya korban berjumlah 9 orang, kejadian ini menyita perhatiaan masyarakat luas. Kemudian timbul sebuah pertanyaan, siapa sebenarnya yang salah?
Perkembangan pada anak merupakan perkembangan yang bersifat bertahap dan saling berhubungan. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan yang melibatkan aspek fisik dan psikis, berubah kearah kematangan berpikir dan bertindak.
Perkembangannya bersifat holistik/menyeluruh mengaitkan seluruh proses yang meliputi Biologis/keturunan, Kognitif/mental dan Psikososial/kondisi sosial.
Biologis adalah faktor yang paling rumit karena melibatkan gizi, genetik dan sebagainya. Namun Kognitif dan Psikosial adalah 2 faktor penting lainnya yang bisa kita bahas, karena kedua faktor ini melibatkan peranan banyak orang.
Faktor Kognitif/mental mulai dibangun sejak sang anak tumbuh didalam keluarga, dimana dari balita hingga nanti dirinya mampu untuk bersosialisasi keluar rumah, seorang anak akan melihat, mendengar, merasakan, mencium dan direspon dengan hal-hal yang baru dia ketahui untuk pertama kalinya.
Ia merasakan sakit ketika jatuh di lantai rumah pada saat mencoba berjalan, punggung tangannya dipukul ketika memainkan api dan semua bentuk lainnya yang membekas ke mental sang anak, yang akhirnya akan menilai semua hal-hal yang terpapar di depannya.
“Masa rentan perkembangan emosional seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Dan yang memegang peranan paling penting adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan Media,” tutur Hanna Monareh Ahli, Psikologis Klinis/UPTD PPPA Sulawesi Utara.
Selang beberapa hari dari kejadian tersebut, Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara, bertindak cepat dengan mencopot Kepala Sekolah MTs 1 Kotamobagu. Apakah respon ini sudah betul-betul jawaban dari pertanyaan?
Faktor Psikososial (Kondisi Sosial) faktor ini sangat menentukan perkembangan sang anak, dirinya mulai berinteraksi dengan orang-orang yang lebih banyak, sang anak mulai main ke luar rumah dan bertemu dengan berbagai macam orang. Tetangga sekitar rumah, Teman bergaul dan semua orang-orang diluar keluarga inti yang ia ketahui. Dimana dorongan serta dukungan dari orang-orang sekitarnya akan mengoptimalkan dan mempengaruhi perkembangan sang anak, hal ini yang akan memudahkan dirinya untuk membentuk karakternya, maka pada tahapan ini muncullah lembaga pendidikan yang melakukan proses belajar untuk menciptakan suasana yang kondusif, dalam rangka mengoptimalkan perkembangan sang anak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Psikososial memegang peranan cukup penting dalam perkembangan sang anak.
Melihat penjabaran sedikit mengenai hal ini, apakah masih relevant untuk menyalahkan satu pihak, individu atau bahkan pelaku anak-anak di kejadian MTs 1 Kotamobagu? Semoga ada langkah-langkah yang lebih baik untuk memutus pola yang salah ini, sehingga kejadian seperti ini harus berhenti dan tidak terjadi lagi.(TD)