KABAR duka meninggalnya Prof. Dr. Ir. Lucky Lefrand Sondakh, MEc., menggema di Sulawesi Utara, bahkan Indonesia. Maklum Prof. Lucky tidak saja dikenal sebagai mantan Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado, tapi juga karena dia ayah kandung mantan Putri Indonesia Angelina Sondakh yang baru saja keluar dari penjara terkait kasus korupsi.
Prof Lucky Sondakh yang lahir di Desa Kanonang Kecamatan Kawangkoan, Minahasa pada 28 September 1944, meninggal dalam usia 78 tahun.
Ia lahir sebagai salah seorang anak dari enam bersaudara dari pasangan suami istri Pdt. Markus Lolombulan Sondakh dan Dora Rosaly Rawung. Salah satu saudara kandungnya adalah Drs. A. J. Sondakh, mantan Gubernur Sulawesi Utara periode 2000-2005.
Meskipun pernah menduduki berbagai jabatan di dunia pendidikan, termasuk dalam jabatan pemerintahan, tapi Prof. Lucky harus menghadapi pergumulan yang cukup berat saat anak kesayangannya Angelina Sondakh terjerat kasus korupsi. Bahkan yang lebih menyakitkan sebagaimana ia akui, Angelina yang akrab dipanggil Angie, berpindah agama dari agama Kristen Protestan.
Hal ini tentu dimaklumi, karena ayah dari Prof. Lucky (opanya Angie) adalah seorang pendeta. Bahkan Prof. Lucky pernah menjadi Ketua Jemaat GMIM Kanonang dan pernah menjadi pimpinan Badan Pekerja Sinode GMIM.
Perasaan kecewanya terhadap Angie ia ungkapkan secara terus terang saat ia tampil di Keema Entertainment, 28 Februari 2022 yang dikelola putrinya sendiri saat keluar dari penjara. Prof. Lucky mengatakan, ada tiga hal yang membuatnya kecewa terhadap putrinya itu. Pertama, terjun ke politik. Kedua, menjadi terpidana korupsi. Dan ketiga, masuk Islam. “Maaf bukan menyinggung, boleh dong sebagai ayah saya kecewa,” katanya.
Lucky selain pernah menjadi Rektor Unsrat, pernah berkarier sebagai birokrat ketika ia menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulut periode 2000–2002.
Dalam karirnya di dunia pendidikan, ia pernah menjadi Dekan Fakultas Peternakan Unsrat, Ketua Pusat Studi Lingkungan Unsrat dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Unsrat. Ia juga menjadi Penasihat Ahli Pemprov Sulut di bawah tiga Gubernur, yaitu Cornelis John Rantung, Evert Ernest Mangindaan dan Sinyo Harry Sarundajang.
Ia juga pernah maju sebagai calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia pada 2014, tetapi belum berhasil terpilih.
Terakhir, ia menjadi Guru Besar di Universitas Pelita Harapan Jakarta.
Di kalangan wartawan Sulawesi Utara ia sangat dekat. Karena ia menjadi nara sumber dalam berbagai bidang, terutama bidang ekonomi.
Sebagai seorang akademisi ia sangat concern dengan pengembangan Sumber Daya Manusia. Kepergiannya tentu membawa suasana duka. Tapi ia telah meninggalkan jasa-jasanya yang tak terlupakan. Selamat menempuh perjalanan dalam kekekalan dengan Sang Pencipta.