Sulut Rukun, Damai dan Harmoni Didasari Falsafah Sitou Timou Tumou Tou

MANADO, LensaUtara.id – Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terkenal dengan kerukunan antar umat beragama dan sikap toleransi yang tinggi.

“Semua karena ada filosofinya, salah satunya seperti yang ditanamkan oleh Gubernur Sulawesi pertama Doktor Sam Ratulangi yaitu ‘Sitou Timou Tumou Tou’ yang artinya manusia hidup untuk manusiakan manusia lain,” tutur Gubuernur Sulut dalam program Nusantara Terkini tvOne.

Bumi Nyiur Melambai begitulah sebutan untuk Provinsi yang terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi. Provinsi ini terkenal sebagai wilayah yang memiliki tingkat toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang tinggi, terutama di dua kotanya yaitu Manado dan Tomohon.

Pemerintah Provinsi Sulut berhasil membangun revolusi mental masyarakatnya hingga pembangunan manusia di Sulawesi Utara tumbuh dengan baik.

“Bergerak dari prinsip hidup itu, saya hidup untuk memanusiakan manusia lain, karena kalau kita lakukan itu saya kira, tidak ada lagi perbedaan-perbedaan antara suku, agama dan ras. Hasilnya kita dapati sekarang, dengan penghargaan Harmoni Award,” tambahnya.

Selain itu Gubernur Sulut Olly Dondokambey juga dinobatkan sebagai tokoh pluralis oleh asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia. 

“Karena beberapa kali ada kegiatan-kegiatan pertemuan-pertemuan para tokoh-tokoh agama disini. Jadi mereka melihat semua, toleransi kehidupan masyarakat di Sulawesi Utara itu berjalan sesuai dengan apa yang menjadi slogan-slogan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,” tuturnya. 

Para tokoh agama ini kerap dilibatkan dalam semua aspek, termasuk menyelesaikan masalah-masalah keagamaan di Sulawesi Utara.

“Salah satu contoh pada saat pandemi, supaya mempercepat penyaluran bantuan sosial, jadi kita melibatkan semua toko-tokoh agama ini. Misalnya ada kyai, pendeta, mereka tahu jamaahnya yang perlu bantuan mendesak akibat pandemi. Data-data itu yang diberikan ke pemerintah dan pemerintah mensuport kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi keagamaan,” katanya.

“Sehingga kalau ada permasalahan-permasalahan ada gesekan-gesekan mereka (tokoh agama) cepat tahu cara menyelesaikannya seperti apa,” tambahnya.

Olly menyebut jika kesadaran tersebut bukan hanya datang dari pemerintah saja, tapi memang sudah ada kesadaran sendiri dari para tokoh agama untuk menyosialisasikannya kepada para umatnya.

“Jadi pemimpin daerah itu seperti sungai aja, air mengalir dari hulu ke hilir kita santai aja, karena pasti akan sampai,” pungkasnya.(TvOne)

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *