Sherpa Track G20 Mampukah Percepat Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia?

Jeffry Pay
Jeffry Pay
4 menit Membaca
Meeting Sherpa G20 pertama di Indonesia (Foto: ist.)

Jakarta, LensaUtara.id – Ekonomi Indonesia tetap mampu tumbuh di atas 5% selama 3 kuartal secara berturut-turut di tengah tingginya ketidakpastian global akibat adanya The Perfect Storm. Capaian tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan yang relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara lain.

Dimana Prospek ekonomi nasional juga terlihat cerah yang tercermin dari berbagai leading indicators yang berada di jalur ekspansif. Melihat berbagai indikator yang ada, Pemerintah optimis bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2022 dan 5,3% pada tahun 2023 mendatang dapat tercapai.

Demikian pun untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi, Pemerintah terus melakukan strategi dan kebijakan utama dalam penanganan pandemi, yakni dengan koordinasi kebijakan fiskal sebagai shock absorber termasuk melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp455,6 triliun yang berfokus pada penanganan kesehatan, perlindungan masyarakat, dan penguatan pemulihan ekonomi.

Meeting Sherpa G20 pertama di Indonesia (Foto: ist.)

“Dalam jangka panjang, untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, grand strategy yang akan dilanjutkan di tahun 2023 adalah mendorong kembali reformasi struktural, salah satunya melalui implementasi UU Cipta Kerja dan peraturan turunannya terutama terkait dengan penyederhanaan dan kemudahan di dalam proses perizinan, dan perluasan berbagai bidang usaha untuk investasi,” ungkap Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam keterangannya secara virtual dalam acara Inspirato Sharing Session Liputan6 dengan tema “Sherpa track G20 Mampukah Percepat Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia”, Jumat (28/10).

Forum G20 memiliki dampak yang signifikan untuk pemulihan ekonomi melalui tiga pendekatan utama yaitu penguatan kerja sama multilateral, concrete deliverables sebagai aksi nyata, dan penetapan arah untuk kebijakan ekonomi dan keuangan ke depan.

Dalam hal penguatan kerja sama multilateral, dengan adanya eskalasi tensi geopolitik, menyebabkan kesulitan dalam menjaga dialog antarnegara. Untuk itu, forum G20 diharapkan dapat menjadi forum dialog yang dapat memfokuskan pada upaya penyelesaian dampak krisis global dan akan menjadi referensi serta solusi berbagai permasalahan yang dihadapi dunia.

“Sesuai arahan Bapak Presiden, supaya Presidensi ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia dan bagi masyarakat dunia serta yang paling penting adalah meningkatkan peran, profil, dan exposure Indonesia di mata dunia. Sedangkan pendekatan yang ketiga, kita ingin penetapan arah untuk kebijakan ekonomi dan keuangan ke depan,” kata Sesmenko Susiwijono kembali.

Kata Susiwijono, dalam Presidensi G20 tahun ini, Indonesia memperkenalkan pendekatan baru yaitu concrete deliverables yang berisi proyek, program, atau inisiatif yang sedang dikerjakan bersama oleh negara-negara anggota G20. Dokumen concrete deliverables ini akan dimasukkan menjadi lampiran dari Leaders’ Declaration sebagai outcome dari penyelenggaraan KTT G20.

Serangkaian acara Presidensi G20 Indonesia yang sudah dimulai sejak 1 Desember 2021 lalu, sudah hampir terlaksana seluruhnya. Kini, Indonesia telah sampai pada momen puncak Presidensi G20 yaitu KTT G20 yang akan diselenggarakan pada tanggal 15-16 November 2022 di Bali. Berbagai substansi telah disepakati, working groups dan engagement group telah menghasilkan berbagai terobosan dan pencapaian dalam berbagai sektor.

Pengembangan ekonomi negara bukanlah bagaimana, tapi kapan.

Bagikan Artikel ini
Tinggalkan ulasan

Liputan Khusus

Berita, Update, Preview Pertandingan

selama Piala Dunia 2022 Qatar hanya di LensaUtara.id

adbanner