MANADO, LensaUtara.id (13/10) – Menjelang dibukanya Malalayang Beach Walk (MBW) pada 17 Oktober nanti, ternyata masih banyak kendala yang belum dipersiapkan secara matang antara para pedagang dan pihak pengelola yang nantinya akan membuka kios di MBW.
Menurut informasi pengelola, sebanyak 84 kios akan dibuka dan berisi pedagang-pedagang yang kebanyakan berasal dari daerah terdekat MBW seperti Minanga, Sea, daerah Terminal Malalayang, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, sebagian besar pemilik kios juga berasal dari penjual-penjual yang dulunya memang sudah berjualan di pinggiran pantai Malalayang.
Namun tak disangka, masih banyak kendala dan keluhan yang dirasakan para pedagang menjelang dibukanya MBW. Salah satunya tempat kios yang terlalu kecil dan beberapa peraturan yang kurang masuk diakal.
Kios kecil tempat pedagang berjualan di Malalayang Beach Walk.(Foto: nad)
Diana Kantang salah satu pemilik usaha gorengan di Malalayang mengeluhkan beberapa peraturan-peraturan dari Pihak Pengelola.
“Ya kalo mo bilang so dekat mo buka tu disana (MBW), mar tu depe peraturan masih kurang masuk diakal. Dalah satunya masa nimboleh mo tambah etalase kong itu pisang yang torang mo jual mo pajang dimana? Tambah leh depe tampa kalo orang Manado mo bilang riki satu orang mo ba putar akang jo nda muat,” ujar Diana saat diwawancarai di kiosnya.
Tempat yang lumayan kecil dan harga biaya sewa yang lumayan tinggi dikeluhkan oleh pedagang.
Anak Diana, Marselina menambahkan bahwa meskipun sistem bagi hasil tetapi tetap ada target yang harus dicapai.
“Memang ada bacerita bagi hasil 20-80, cuma dorang tetapkan depe target sebesar 2,1 Juta perbulannya. Dulu tre sebelum ini 2,1 Juta awal pembicaraan itu biaya sewa 10,5 Juta. Cuma karena mungkin banyak bantahan dari pedagang akhirnya dengar kamari dorang se turun,” tambah Marselina.
Selain itu juga, Diana mempermasalahkan tentang cara produksi makanan dan minuman yang akan dijual.
“Torang juga mo bawa kulkas susah, pasang kompor gas yang besar for goreng nda muat, jadi dorang kase saran for beking dari rumah nanti kurang sepanas di kios. Mar itu malahan menyusahkan for pedagang. Istilahnya dua kali kerja, bolak balik rumah,” kata Diana.
Tapi di balik semua itu Diana dan keluarganya tetap bertekad untuk membuka kios di sana dengan harapan supaya masyarakat mendukung usaha kecil lewat sektor pariwisata yang bagus.
“Sebenarnya katu mo bilang depe tampa dorang da renovasi bagus sekali, cuma ya itu noh. Mar torang berharap nanti mo buka sapa tau depe penjualan meningkat kan didukung dengan depe tampa wisata yang bagus,” puji Diana.