Pengalaman Pahit Itu korban Alami dari SMP sampai Kelas 2 SMK
Modus yang dilakukan terduga pelaku dengan menyuruhnya memijat
“Kalo nda mo urut pa dia, dia mo suruh torang bekerja kerja berat,”
“Bahkan berapa anak pernah dapa pukul dengan kabel kalo melawan,” kata Nami.
Memasuki SMK. Saat Nami semakin dewasa, geliat Father kepadanya semakin menjadi-jadi. Sambil menyuruhnya memijat, sang Father melucuti pakaian korban hingga telanjang. Ia mulai menyentuh daerah sensitif korban.
“Dia ja paksa kita pegang dia pe alat vital,” ucap korban sesak “sampe kaluar depe cairan,” katanya terbata-bata.
“Satu minggu 3-4 kali dia sebagitu,”
Tak tahan mengalami pelecehan terus-menerus, diakhir tahun 2021, hanya bermodal sendal dan pakaian di badan, Nami keluar dari Panti Asuhan. Kondisinya sangat memprihatinkan kala itu. hidupnya tak menentu. Sekolahnya terhenti. Tak ada tempat Ia berteduh. Tak ada tempat Ia mengadu. Ia sempat berpikir mengakhiri hidup menyusul ayah dan ibu.
Nami sempat ke Manado tinggal bersama kakaknya yang sudah berkeluarga. Ia tak berani memberitahukan pengalaman kelam yang Ia alami selama tinggal di Panti Asuhan pada sang kakak. Lebih lagi Father tahu kediaman kakaknya di Manado, dan sering menghampirinya di sana.
Di awal bulan Agustus 2022 keluarga Nami di Bolaang Mongondow mengajaknya tingal di desa. Sejak saat itu Bibi dan Pamannya melihat sikap dan tingkalakunya berubah. Nami sering menyendiri, tatapannya kosong, malas makan. Sering Bibi menemukan Ia lagi menangis di pojok kamar.
“Tatapannya dapa lia kosong, sering menghayal deng amper tiap hari menangis nda jelas,” kata si Bibi.
Awalnya korban takut dan malu bersuara pada keluarga. Sampai kemudian di tanggal 16 Agustus, Bibi lagi-lagi melihatnya sedang menagis di kamar. Bibi, memanggil Paman dan kerabat yang saat itu ada di rumah, kemudian mereka membujuk korban untuk berterus terang atas apa yang sebenarnya dialami.
“Jujur jo nak, jujur, jangan tako kasyang,” kata Bibi.