MINAHASA, LensaUtara.id – Naiknya harga telur bukan hanya memberatkan para konsumen, tapi juga para produsen telur. Secara Nasional telur mengalami kenaikan signifikan.
Kalau di Jawa harganya mencapai Rp. 31.000/kg, di Minahasa perhitungannya dengan baki. Untuk 1 baki yang berisi 30 telur, sekarang sudah mencapai Rp. 60.000/baki. Padahal sebelumnya Rp. 42.000 hingga Rp. 45.000 per baki.
Kenaikan harga telur di Jawa dan juga di Minahasa, tentu ada penyebabnya. Kalau di Jawa terutama disebabkan tingginya permintaan untuk Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial. Sedangkan di Minahasa setidaknya ada tiga penyebab. Apa saja ketiga penyebabnya, berikut wawancara LensaUtara.id dengan Hanly Aie Rorie, peternak ayam petelur di Noongan Kecamatan Langowan Barat, Minahasa.
Hanly Rorie menjelaskan, ada tiga hal utama mengapa harga telur naik signifikan di Minahasa.
Pertama, harga pakan ternak berupa konsentrat naik cukup tinggi. “Kalau dulu kami bisa membeli pakan dengan harga Rp. 300 ribu per karung, sekarang sudah mencapai Rp. 500 ribu per karung,” tuturnya.
Kedua, harga jagung. Kalau dulu harganya Rp. 4.500 per kilogram. Sekarang naik menjadi Rp 5000 per kilogram.
Dan ketiga, harga bibit ayam petelur juga naik. Dulunya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 12.000 untuk 1 ekor bibit ayam, sekarang berkisar Rp. 20.000/bibit ayam.
Hanly Rorie berharap Pemerintah dapat mengendalikan harga pakan ternak, sehingga produsen telur juga bisa menyesuaikan harganya.