GMIM Sentrum Manado Rayakan HUT ke-345

MANADO, LensaUtara-id – Jemaat GMIM Sentrum Manado sudah berdiri sejak 345 tahun yang lalu. Tercatat dalam sejarah tahun 1677 di masa penjajahan Belanda, VOC menempatkan seorang Pendeta untuk melayani jemaat di Manado, yaitu Pdt Zhacarias Cohen.

Berkaitan dengan itu pada Minggu (24/07) dilaksanakan ibadah syukur perayaan HUT ke-345 Jemaat GMIM Sentrum Manado, yang dipimpin Pdt Dr Arthur Rumengan, yang juga Rektor UKIT.

Dalam ibadah itu hadir pula Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, yang juga Wakil Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Bidang Pemberdayaan Sumber Daya dan Dana (PSDD).

Gereja GMIM Sentrum Manado merayakan HUT ke-345.(Foto: ist.)

Selain itu hadiri pula Walikota Manado Andrei Angouw, Bendahara BPMS GMIM Dkn Windy Sompie-Lucas, Ketua Yayasan AZR Wenas David Sompie, dan Ketua Jemaat GMIM Sentrum Manado Pdt Florence Monigir-Laoh, MTh selaku tuan rumah.

Sejarah GMIM Sentrum Manado:

Pada tahun 1675, Ds Montanus, seorang pendeta Belanda untuk pertama kali mengunjungi Manado. Dalam kunjungannya, Montanus mengetahui di Manado sudah ada sekelompok orang Kristen.

Menurut Ketua BPMJ Sentrum Manado, Pdt. Florence Monigir-Laoh, MTh, sejarah menyebutkan pemukiman pertama di Manado dimulai saat pembangunan Benteng Pertahanan VOC Belanda, yaitu Benteng bernama Fort Nieuw Amsterdam (Port Amsterdam Baru) yang didirikan atas prakarsa Pemerintah Hindia Belanda.
“Dahulu benteng ini berada di belakang Taman Kesatuan Bangsa (TKB), depan Jumbo Supermarket sekarang. Saat itu diresmikan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Robertus Padtbrugge. Sayang, benteng ini hancur saat penyerangan Tentara Sekutu ke Manado di tahun 1944,” katanya.

Bersamaan dengan dimulainya pembangunan benteng, atas izin Kepala Walak Ares Belanda mendirikan perkampungan di daerah samping benteng. Jika melihat posisi kota saat ini, kawasan perkampungan Belanda berbentuk empat persegi yang dibatasi jalan raya mulai dari Jalan Dotu Lolong Lasut, Jalan Sarapung, Jalan Korengkeng, dan Jalan Sam Ratulangi.

Dahulu, kompleks perumahan itu disebut firkante pallen (empat persegi). Berdiri di kawasan ini, rumah residen Manado, rumah pejabat-pejabat Belanda dan penduduk keturunan Belanda. Gereja Sentrum Manado (sekarang ini) merupakan salah satu peninggalan zaman tersebut yang dibangun hampir bersamaan dengan benteng Fort Amsterdam.

Untuk melayani jemaat yang bermukim di kompleks firkante pallen, atas permintaan Ds. Montanus, maka pemerintahan VOC pada tahun 1677 menempatkan seorang pendeta Belanda di Manado yang bernama Pendeta Zacharias Cohen. Selama berada di Manado ia mengabdikan dirinya bagi warga. Dari sinilah kemudian jemaat berkembang pesat dan gereja tersebut diberi nama de Groote Kerk atau Gereja Besar Manado disingkat GBM.

Sejarah mencatat bahwa perkembangan kekristenan menyebar luas dari pelayanan dan penginjilan Gereja Besar Manado, yaitu pertumbuhan jemaat-jemaat lain di tanah Minahasa seperti Tanawangko, Airmadidi, Kema dan lain-lain. Pdt. Cohen juga yang berinisiatif mengirimkan tenaga-tenaga untuk menyebarkan injil ke Bolaang Mongondow.(LU-0100)

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *