SEJARAH selalu melahirkan tokoh-tokohnya. Setiap tanggal 06 Juni Bangsa Indonesia memperingati hari kelahiran Soekarno, Putra Sang Fajar, Proklamator RI, Penyambung Lidah Rakyat, yang lahir di Surabaya dari rahim ibundanya, Idayu Nyoman Rai.
Pengenalan akan sejarah bangsa memang harus menjadi pondasi atau pijakan bagi arah masa depan Negara tercinta Indonesia. Karena hal ini sangat menentukan mau dibawah kemanakah bangsa dan Negara ini kedepannya. Generasi muda (Milenial) sebagai penentu arah masa depan bangsa, diharapkan memahami betul sejarah bangsanya.
Bung Karno lewat pidato-pidatonya yang menggelora menunjukkan cintanya kepada sesama orang Indonesia, sekaligus mengajak rakyat mencintainya sebagai pemimpin bangsa. Ia adalah juru bicara paling terkemuka angkatannya, kaum pergerakan kebangsaan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, retorika Bung Karno tampil sebagai pembentuk utama nasionalisme Indonesia.
Salah satu pidato yang terkenal dan tidak pernah terlupakan adalah pidato terakhir Bung Karno di masa jabatannya, yakni pidato peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-21, 17 Agustus 1966 berjudul Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah).
“Jikalau engkau meninggalkan sejarah engkau akan berdiri diatas vacuum, akan akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau bingung dan akan berupa amuk-amuk belaka,”. tegasnya.
Bung Karno berjuang keras mengajak bangsanya menjadi bangsa yang penuh percaya diri, menjadi tuan dan puan di tanah airnya sendiri. Dari Bung Karno dan zamannya kita bisa mengambil bibit gagasan penting tentang nasionalisme, bukan sebagai warisan nenek moyang tetapi sebagai komitmen untuk masa depan. Selamat ulang tahun Bung Karno. Putra Sang Fajar, Proklamator RI, Penyambung Lidah Rakyat.(denny)