MANADO, Lensautara.id – Puluhan anak Penyu atau Tukik jenis Lekang telah menetas di Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Anak-anak penyu ini nantinya akan dilepas kembali ke laut.
“Ada 78 anak penyu jenis Lekang yang berhasil menetas dari total 86 telur,” ungkap Kepala Seksi 2 Balai Taman Nasional Bunaken (BTNB) Hendrieks A Rundengan SP MSi.
Kepada Lensautara.id, Rundengan mengatakan bahwa seluruh jenis penyu adalah satwa yang dilindungi. Oleh karena itu, pelestarian penyu juga perlu mendapat perhatian masyarakat, terutama di kawasan dimana penyu itu bertelur.
“Kami bersyukur warga Desa Poopoh dan juga desa-desa sekitrarnya sudah menyadari dan membantu untuk melestarikan satwa yang dilindungi seperti penyu,” ujarnya.
Rundengan mengatakan bahwa anak-anak penyu ini akan segera dilepas kembali ke habitatnya.
Diketahui, di beberapa desa di pesisir Kecamatan Tombariri ini, menjadi tempat untuk penyu Lekang bertelur. Penyu ini dapat bertelur hingga kurang lebih 110 butir.
Penyu Lekang memiliki nama Latin Lepidochelys Olivacea atau dalam bahasa Inggris disebut Olive Ridley Sea Turtle .
Di Indonesia, penyu lekang dilindungi undang-undang berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Sementara berdasarkan daftar merah IUCN, penyu lekang berstatus Vulnerable/VU (rentan). Artinya, spesies ini terancam punah, kecuali bila kondisi yang menekan kelangsungan hidup dan perkembangbiakannya berangsur membaik.
Sebab kerentanannya, penyu lekang termasuk Appendix 1 CITES, yaitu spesies yang dilarang segala bentuk perdagangannya. (and)
Welas asih untuk hewan sangat erat hubungannya dengan kebaikan karakter; dan dapat dengan yakin ditegaskan bahwa dia yang kejam terhadap binatang, tidak bisa menjadi orang yang baik
Arthur Schopenhauer
