Lensautara.od – Menyusuri jalanan Kota Manado di pagi hari, pasti akan kita temui para penjual menu sarapan nasi kuning yang menyajikannya di pinggiran jalan. Terutama di kawasan jalan Piere Tendean (Boulevard) serta di seputaran Lapangan Tikala.
Nasi yang dimasak dengan bumbu kunyit ini, memang punya citarasa khas yang gurih dan bikin ketagihan. Hingga kini, nasi kuning sering disajikan untuk momen-momen khusus seperti perayaan atau syukuran. Dengan adanya nasi kuning dalam perayaan, diharapkan bisa membawa banyak berkah kekayaan dan diberi kemakmuran hidup karena harta yang melimpah.
Karena itu, nasi kuning dalam bentuk tumpeng, sering menjadi sajian utama dan sakral yang disajikan pada acara syukuran, atau momen bahagia lainnya seperti kelahiran, ulang tahun, tunangan, pernikahan dan lainnya. Asal nasi kuning sendiri sebenarnya dari Jawa, meski banyak sajian nasi kuning di berbagai daerah, namun pengaruhnya dari Jawa.
Kini, mayoritas orang Indonesia sudah sangat umum dengan sajian nasi kuning untuk berbagai perayaan. Dalam tradisi Bali maknanya berbeda lagi. Warna kuning merupakan salah satu dari empat warna keramat yang menjadi kepercayaan atau keyakinan, selain warna putih, merah dan hitam. Nasi kuning kerap menjadi sajian ketika diadakan Upacara Kuningan.
Kesimpulannya, orang Jawa zaman dulu ternyata memang penuh pertimbangan saat menciptakan dan menyajikan nasi kuning sebagai sajian istimewa. Nasi kuning bukan hanya punya makna baik, akan tetapi juga doa untuk orang yang menikmatinya dan merayakan momen bahagia.(and)