MANADO, LensaUtara.id – Tepat tanggal 30 September 2022, genap 88 Tahun organisasi Gereja Masehi Injili di Minahasa berdiri. Dalam merayakan hari Ulang Tahun GMIM bersinode itu, seluruh jemaat GMIM yang ada di Sulawesi Utara diwakili para pelayan khusus (Pelsus) beribadah di Pohon Kasih Kawasan Megamas pukul 10.00 WITA.
Kurang lebih ada 1040 Jemaat yang diundang diwakili para Pelayan Khusus untuk beribadah pada Jumat (30/09) pagi tadi. Meskipun ibadahnya berjalan lancar. Tapi dampak yang jadi sorotan adalah di sekitar tempat ibadah banyak sekali sampah berserakan.
Sekitar pukul 12.00 WITA ibadah bersama itu selesai, dan masyarakat langsung berhamburan. Ada yang pergi ke rumah-rumah makan di sekitar Kawasan Megamas, ada juga yang beristirahat di sekitar Pohon Kasih, salah satunya di Second Chance Cafe yang tepat berada di pintu akses masuk Pohon Kasih.
Sampah berserakan di tepi pantai area Pohon Kasih Kawasan Megamas. Tampak Edward dan seorang karyawan yang sedang membersihkan sisa makanan.(Foto: Nadya)
Dampak yang dirasakan pemilik Second Chance, yaitu Edward, adalah masalah sampah. Menurutnya, tingkat kesadaran terhadap sampah atau sisa makanan mereka yang ikut ibadah dinilai kurang.
Masyarakat yang memilih duduk beristirahat dan makan siang di Second Chance dinilai kurang menjaga kebersihan sampah mereka masing-masing.
“Di Gereja saja pasti banyak mengajarkan torang tentang kebersihan. Ibaratnya sedangkan mo jaga kebersihan lingkungan ngoni susah, apalagi mo jaga Iman didalam Tuhan,” ungkap Edward yang sedang membersihkan sisa kotak makan di area Cafe miliknya.
Edward menilai masyarakat Sulawesi Utara masih kurang memahami masalah sampah.
“Nanti kalo banjir, yang disalahkan Tuhan. Padahal masyarakat sendiri yang kurang menganggap serius dampak negatif dari sampah yang dibuang sembarangan,” tambah Edward.
Kondisi Second Chance yang dipenuhi dengan sisa kotak makanan berserakan di atas meja-meja milik Cafe tersebut.
Edward mengatakan, “Ini sebenarnya area Private karena ada pemilik, bukan area publik milik pemerintah. Rupa ada customer mo datang makan minum di cafe, mar karena liat cafe penuh dan kotor akhirnya nda jadi.”
Menurutnya, panitia juga kurang menyikapi hal ini. Seperti contoh tidak menambahkan tempat sampah yang cukup atau mungkin mengimbau dan menegaskan kepada masyarakat yang mengikuti ibadah untuk tetap menjaga kebersihan sekitar tempat ibadah.
“Ya Puji Tuhan tadi ibadah lancar cuma depe klar ibadah memang tabolengkar depe istilah Manado. Akhirnya kasiang torang yang kase bersih ini sisa-sisa makanan,” tegas Edward.
Edward berharap untuk rencana ke depan tentunya masyarakat sadar terhadap kebersihan lingkungan dan selalu membuang sampah pada tempatnya. Karena dampak sampah itu sangatlah merugikan bagi kita.