MANADO, LensaUtara.id – Obyek wisata Pulau Lihaga Kabupaten Minahasa Utara di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Pulau Lihaga, jadi salah satu yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Selama dua tahun, penutupan operasional wisata Pulau Lihaga dan wisata lain akhirnya memaksa para pengelola wisata untuk memutar otak dan mencari pemasukan lain demi bertahan hidup.
“Hampir dua tahun Pulau Lihaga mati suri. Selama dua tahun pandemi (Covid-19) di sini sama sekali enggak ada aktivitas,” ujar seorang pemandu wisata bernama Salomo Heryanto Sunda atau biasa di panggil Hebo (Heri Botak) dari Wirawisata Pulau Lihaga, kepada LensaUtara.id, Minggu (04/09/2022).
Saat pengunjung obyek wisata dibatasi, Hebo dan para pemandu wisata lainnya bekerja serabutan, mulai dari menjadi kuli hingga bertani.
“Selama pandemi, saya enggak kerja di sini, jadi asongan minyak wangi atau parfum. Kalau tidak ada pengunjung, saya kerja serabutan saja,” imbuh laki-laki berusia setengah baya tersebut.
Pemandu wisata lainnya sehari-hari bekerja memandu wisata lokal maupun mancanegara yang ingin menyusuri Pulau Lihaga yang terkenal keindahan pantainya.
Ia sendiri menjalani profesi sebagai pemandu wisata Pulau Lihaga. Jika ditotal, sudah hampir 19 tahun.
Hebo sangat bangga bisa mempromosikan wisata yang ada di kabupaten Minahasa Utara, tapi di sayangkan Pemerintah Daerah kurang memberi apresiasi kepada pemandu wisata lokalnya sendiri, untuk pelatihan atau kegiatan pemerintah, kami tidak pernah di libatkan “Saya asli orang Likupang, cuma sudah ber KTP Manado, Likupang sebagai Daerah Super Prioritas Wisata harusnya prioritaskan masyarakat asli daerah,” tutur dia.
Ia pun menawarkan paket wisata Pulau Lihaga super murah dengan harga 300 ribu per orang sudah bisa ikut trip Palau Lihaga selama satu hari sudah sama, makan (halal), transportasi atau paket 200 ribu, Tiga Pulau Bunaken, Siladen, dan Nain, Minimal 15 orang dan di buka setiap hari lewat HEBO TRIP. “Berminat silakan hubungi reporter LensaUtara.id,” tutupnya sambil senyum.