DALAM dunia politik, terkadang harus menghadapi kenyataan dalam menentukan pilihan dan keputusan. Para kader politik terkadang tersandera oleh oligarki, demi kepentingan politik.
Sama halnya dengan yang kini dirasakan oleh partai Nasdem, dimana para kadernya banyak yang kecewa atas keputusan Nasdem mencapreskan Anies Baswesdan. Bahkan ada pengurus yang menyatakan mengundurkan diri.
Di sisi lain ada juga kader yang mau tidak mau harus menerima keputusan tersebut. Dengan landasan harus tegak lurus dengan keputusan Dewan Pengurus Pusat.
Di Sulut pun nuansa perbedaan pendapat atas pencapresan Anies, juga nampak dari pernyataan kader Nasdem.
Seperti yang diungkapkan Theo Kussoy, sebagai Dewan Pertimbangan Nasdem Minahasa Selatan, banyak kader memang yang merasa kecewa. Tapi mau tidak mau harus mengamankan apa yang telah diputuskan DPP.
Sementara dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Sulut, melalui Wakil Ketua Stanly Mewengkang mengungkapkan, sesuai garis partai mereka harus tegak lurus. Karena proses pencapresan Anies Baswedan itu sudah dimulai dari usulan dari pengurus daerah.
Menurut Stanly Mewengkang, DPW Nasdem Sulut juga dalam Rakernas telah mengusulkan nama-nama bakal calon Presiden. Dan salah satu nama bakal calon Presiden yang diusulkan DPW Sulut adalah Anies Baswedan. “Memang ada beberapa nama yang muncul. Tapi ternyata yang paling banyak nama Capres yang diusulkan adalah Anies Baswedan. Jadi secara demokratis, nama Anies menjadi calon yang terbanyak diusulkan. Selain Anies ada juga nama Gandjar Pranowo dan Jenderal Andika Perkasa,” jelas Stanly Mewengkang.
Menurut Stanly, tuduhan terhadap Anies yang melakukan politik identitas, sebetulnya terlalu berlebihan. Karena Anies juga membangun komunikasi dengan baik dengan umat Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan kalangan agamawan lainnya. Bahkan Anies juga sebagai Gubernur DKI ikut memberikan bantuan untuk tempat-tempat ibadah semua agama.
Bahwa proses pencapresan Anies diakui bisa menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Secara positif banyak dukungan dari berbagai kalangan yang memang mengidolakan Anies. Sementara dampak negatif, banyak pula yang tidak mendukung keputusan tersebut.
Khsus di Sulut melihat peta dukungan, kemungkinan Anies Baswedan mendapat dukungan dari pemilih di Bolaang Mongondow Raya. Sementara di Minahasa Raya dan Nusa Utara (Sangir Talaud) kemungkinan Anies tidak mendapat dukungan yang signifikan.
Dan soal dukung mendukung ini, akan mempengaruhi proses pemilihan calon legislatif bagi kader Nasdem. Bila wilayah yang banyak dukungan terhadap Anies, bisa mendongkrak suara caleg Nasdem. Tapi di wilayah yang kurang dukungan terhadap Anies, maka caleg Nasdem harus kerja keras untuk meyakinkan konstituen.
Dalam pemilu 2019 yang lalu, Nasdem cukup meraih simpati di Sulut. Itu nampak dari hasil Pemilu yang memberi 2 kursi di DPR RI. Begitu pula di tingkat DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota banyak kader Nasdem yang jadi anggota dewan.
Bagaimana dengan Pemilu 2024, apakah Nasdem masih jadi salah satu partai yang diperhitungkan di Sulut? Kita lihat nanti.