MANADO, LensaUtara.id – Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak di Kota Manado berdasarkan data tahun 2022, terdapat 71 kasus dimana sebelumnya berjumlah 146 kasus pada tahun 2021.
MANADO, LensaUtara.id – Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak di Kota Manado berdasarkan data tahun 2022, terdapat 71 kasus dimana sebelumnya berjumlah 146 kasus pada tahun 2021.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado dr. Steven Dandel menuturkan bagaimana upaya yang dilakukan Dinkes untuk menekan dan mencegah masalah stunting di Kota Manado.
“Agak sulit kita mengajak keterlibatan masyarakat apabila masyarakat sendiri tidak paham terkait apa itu stunting,” ungkapnya.
Dijelaskan Dandel, masalah stunting adalah ketidaksetaraan akses terhadap bahan pangan, pangan, asupan gizi dan sebagainya, sehingga kalau bicara stunting dalam satu wilayah potretnya sedemikin besarnya .
“Kalau kita sebut stunting berarti adalah kondisi gagal tumbuh pada anak anak usia di bawa lima tahun, tidak sembarang kita menyebutkan anak itu gagal tumbuh, dia mempunyai standard ada grafik pertumbuhan anak yang harus direkam,” terangnya.
Salah satu indikator yang di pakai perbandingan panjang tubuh, apabila anak itu belum bisa berdiri, tapi kalau anak sudah bisa berdiri dipakai istilah tinggi.
“Kalau nilainya di bawa dua poin dari standar rata-rata maka itu bisa di sebut dalam kriteria yang kita sebut stunting, tapi ada kondisi lain yang juga harus di lihat lebih lanjut, apakah anak itu stunting atau stunted secara genetik dia pendek,” katanya.
Stunting itu ada kondisi penyerta di belakangnya, dlihat perkembangan anak ini berbeda dengan lainnya, seperti lambat berbicara, lambat berjalan dan sebagainya. “Bahwa itu betul adalah kondisi stunting, tetapi kalau anak itu pendek tapi dia ceria aktif bisa berkomunikasi dengan baik di sebut kondisi stunted,” tuturnya.
Lanjut dijelaskan Dandel, masalah global kenapa stunting menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan di seluruh dunia, karena merepresentasikan ketidaksetaraan asupan gizi.
Di masa yang akan datang anak-anak ini ketika dia berkembang nanti, menurut survei anak yang stunting mempunyai penghasilan 20 persen lebih rendah dari pada anak-anak yang bertumbuh dengan baik. Jadi ada index quality juga yang berpengaruh saat dia dewasa.
“Jadi nanti kedepan dia mempunyai permasalahan dari segi metabolismenya di samping kemampuan belajarnya kurang, kemampuan beraktifitasnya terhambat. Dia juga punya kendala di metabolisme tubuh yang menyebabkan, kedepan nanti dia akan memderita penyakit-penyakit yang tidak menular,” jelasnya.
Stunting akan menyebabkan beban keuangan negara yang besar di kemudian hari, makanya pemerintah men-drive stunting menjadi prioritas dalam pembangunan.
“1.000 hari lahir pertama kita bisa mengejar perubahan grafik dalam pertumbuhan, agar benar keluar dari garis stunting. Itu yang di sebut dengan intervensi spesifik,” jelas Dandel.
Intervensi dimana petugas kesehatan akan memberikan layanan konsultasi bagaimana asupan gizi, bagaimana kontrol ibu terhadap bayi. Bayi sekian bulan sudah terdeteksi stunting, dianjurkan untuk menyusui sehinggah bisa terkejar asupan gizinya, disisi lain ada imunisasi karena anak stunting akan rentan sakit karena ada gangguan pertumbuhan. Kelihatan pendek cuma dilihat dari luar, tapi kalau dilihat kedalam, dia mempunyai masalah dalam tubuhnya.
“Ada manajemen tertentu kalau dia sakit, dimana kita tidak cuma melihat anak ini sakit tapi ada faktor lingkungan atau dari orang tua, yang tidak paham memberikan asupan obat dan sebagainya. Itulah poin-poin intervensi yang harus di lakukan,” ujarnya.
Penanganan di mulai dari anak gadis remaja yang akan jadi calon ibu, masa dia subur dan kemudian hamil dengan cara primer dan sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan masalah kesehatannya belum ada, dia harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dari makanan, obat penambah darah sehingga sirkulasi darahnya baik supaya kedepan ketika dia hamil bayi yang ada dalam kandungannya mendapatkan suplemen dari ibunya.
“Minimal enam kali dia harus kontrol kesehatannya dari janinnya, HB-nya bagimana, kalau dia Anemia itu berpotensi stunting, karena ada struktur makanan dan oksigen yang bermasalah dalam tubuhnya. Setelah melahirkan dia juga harus periksa rutin ke Posyandu. Di ukur ditimbang dan imunisasi, di berikan makanan tambahan, didorong bayi-nya menyusui selama enam bulan baru diberikan makanan tambahan lainnya,” jelasnya sembari menambahkan tidak ada susu yang dapat menggantikan ASI.
Ibu hamil diharapkan juga memahami berapa jumlah kalori yang akan dia konsumsi yakni bervariasi dari 1.500 sampai 2.500, karena tergantung berat badan ibu di tambah calon bayinya, sehingga bisa diukur tapi jangan 100 persen diambil dari karbohidrat, karena kalori bisa di dapat tidak hanya dari nasi, ada protein dan lemak. Semua harus berimbang karena kalau cuma makan nasi akan kekurangan vitamin lain yang dia perlukan, maka dari itu dia harus ke Posyandu untuk mendapatkan konsultasi tentang gizi.
Setelah bayi lahir dilihat dulu apakah mencukupi ASI-nya atau tidak, kalau tidak mencukupi dia harus minta saran ke dokter. “Saya sangat menganjurkan 6 bulan pertama harus memberikan asi secara eksklusif pada bayi,” tuturnya sembari mengajak warga Manado untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
“Jangan pernah malu, takut dan segan bertanya dan konsultasi dengan layanan kesehatan yang ada di Manado, terutama permasalahan tumbuh-kembang karena kita lagi membangun pondasi negara yang lebih kuat lagi seperti misi dan visi Pemkot Manado. Stunting tidak hanya terjadi kepada masyarakat bergolongan lemah, tetapi juga sangat mungkin di bergolangan menengah keatas,” tutupnya.(Van)