- SEJARAH
A. Tombulu
Menurut cerita Minahasa pada waktu pembagian sisa penceraian suku Bangsa dalam anak-anak suku ditempat yang bernama “Pinawetengan” maka adalah suatu rumpun/anak suku diantara anak suku lainnya yang telah meninggalkan Pinawetengan lalu menuju kesebelah utara dan mengambil tempat dikaki gunung Lokon bagian timur.
Ditempat yang baru banyak terdapat pohon bambu yang disebut “Wolo” tepat yang baru dipilihnya mengingat faKtor keamanan, karena tempat yang baru itu dikelilingi oleh pohon Wolo, yang pada saat itu dijadikan benteng perlindungan terhadap serangan gangguan musuh. Karena saat itu dimaklumi hampir semua anak suku saling bermusuhan/bertentangan satu sama yang lain.
Demikian, maka sesuai dengan nama Wolo itu sehingga mereka menamai kelompok mereka sebagai anak suku bangsa Minahasa dengan nama “Tou Wulu” kemudian, Tou Wulu itu berubah dengan ucapan atau sebutan menjadi “Tombulu.”
Anak suku bangsa ini menamai sekarang wilayah Kecamatan Tomohon, Tombariri, Pineleng dan sebahagian Kecamatan Wori. Kemudian sebagian dari anak suku Tombulu dengan di pimpin oleh Walian Pukul (Keturunan dari ahka im banua) berpindah tempat lagi ke Najosu yang kemudian disebut Kinilow. Pada waktu Kinilow di perintah oleh putra dari Walian Pukul yang bernama Lumindong, maka berjangkitlah suatu jenis penyakit sampar yang menewaskan banyak penduduk.
Karena merajalelanya penyakit itu maka sebagian rakyat di pimpin oleh Kaawoan menuju sebelah barat lalu pindah pada suatu tempat yang terdapat rumput yang dinamai Wariri. Sehingga akhirnya orang yang menetap disana di namai Touwariri lalu menjadi Tombariri. Kemudian dengan di pimpin oleh Walian Lokom Mangundap, Kalele, Apor, Karundeng, Kapalan, Posuma. Mereka mendirikan negeri yang baru yang dinamai Katinggolan.
B. Katinggolan
Katinggolan telah di pilih oleh Walian Lokon Mangundan dan kawan-kawannya mengingat faktor keamanan pula, karena pada masa itu terjadi pengayawan-pengayawan (pemotongan kepala orang) mapupuisan dengan maksud untuk mengadu kekuatan atau pengetahuan. Karena itu masyarkaat selalu mencari tempat yang aman dan paling aman ialah di tempat ketingian sehingga sukar di datangi musuh.
Pada kira-kira pertengahan abad ke-19, terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat / luar biasa di Minahasa, menurut cerita hal itu di sebabkan meletusnya Gunung Lokon yang pertama kalinya akibatnya memasak nasi pun sukar karena periuk nasinya selalu tumpah bili dituangkan ketempatnya.
Selain itu pada saat itu timbul suatu jenis penyakit yang menyerang penduduk, gatal-gatal kemudian timbul luka-luka di seluruh badan di Minahasa dan Penyakit itu agak sukar disembuhkan. Suatu hal yang mungkin di akibatkan masi kurangnya pengobatan pada masa itu.
C. Woloan
Menurut sejarah yang ada, maka pemuka-pemuka masyarakat yang mendirikan Woloan adalah :
- Walian Pontoh
- Tonaas Rumondor
- Patuasan Kapoh
- Teterusan Makal
- Teterusan Karamoy
Dan dianggap sebagai pemerintah yang pertama-tama dapat dikatakan sebagai Kepala Desa/Hukum Tua ialah Walian Pontoh. Untuk Mengobati atau menyembuhkan penyakit tersebut diatas, maka diusahakan oleh Walian untu mengobatinya. Caranya yaitu rumages.
Pada tahun 2004 setelah ditetapkannya Kota Tomohon sebagai Kota Otonom maka secara otomatis bentuk pemerintahan dari status desa akan dialihkan menjadi kelurahan seusuai dengan UU. No. 32 tentang Pemerintahan Daerah maka secara otomatis desa Woloan diganti statusnya pada tanggal 19 Oktober 2004 melalui surat Keputusan Pejabat Walikota Drs. Boy Tangkawarow. Mulai saat itu pula seluruh anggota BPD tidak lagi bekerja karena akan diganti dengan sebutan lain LPM. Hingga di Tahun 2009 Woloan Satu Utara dimekarkan dari Woloan Satu.
Kelurahan Woloan Satu Utara terdiri dari 6 lingkungan : 6 Kepala Lingkungan, 6 Pembantu Kepala Lingkungan.
Adapun batas-batas wilayah Woloan 1 Utara yaitu
Sebelah Utara berbatas dengan Wailan
Sebelah Timur berbatas dengan Kamasi
Sebelah Selatan berbatas Pinaras
Sebelah Barat berbatas Woloan 2
- POTENSI WISATA WOLOAN 1 UTARA
A. Wisata Alam
- Amphitheater Woloan
Amphitheater Woloan dibangun pada tahun 2004, tempat ini memiliki sebuah perpustakaan yang menyimpan banyak sejarah tentang Woloan dan Minahasa. Dari tempat ini, kamu bisa menyaksikan pemandangan Gunung Lakon yang sangat indah dan menarik.
Di Amphitheater Woloan ini terdapat adanya bangunan megah layaknya sebuah panggung pentas zaman dahulu. Biasanya destinasi wisata ini dijadikan sebagai lokasi peragaan teater oleh penduduk Minahasa.
B. Wisata Budaya
- Waruga
Kampung Wisata Woloan 1 Utara merupakan kampung Tua di Kota Tomohon, salah satu bukti penanda sejarah Woloan 1 Utara yaitu Waruga.
Waruga adalah kuburan kuno orang Minahasa yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak. Keberadaannya memberitahukan tentang kebudayaan manusia di Minahasa pada masa lampau serta perkembangan teknologinya.
Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan animisme dan dinamisme serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa. Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.
- Tarian Mahzani
Kata Mah’zani berasal dari kata dasar zani dalam dialek Minahasa (Tombulu), yang artinya nyanyi dan ma yang merupakan kata awalan berarti me dalam bahasa Indonesia.
Perry Rumengan dalam makalahnya yang disampaikan dalam seminar seni di Taman Budaya Manado pada 22 Mei 2007 mengemukakan bahwa mah’zani berasal dari kata zani yang berarti bunyi yang didengar, baik yang keluar dari satu atau lebih organ maupun dari suara manusia.
- Tarian Maengket
Tari Maengket secara garis besar berarti seni bernyanyi sambil menari dengan mengungkapkan sastra daerah yang dilakukan oleh sekelompok orang. Awalnya, fungsi Tari Maengket sebagai ucapan terima kasih kerpa Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang baik. Pada perkembangannya, tarian ini tidak hanya ditarikan usai panen melainkan juga di acara pernikahan, festival seni tari, dan lainnya. - Musik Kolintang
Kolintang adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu khusus yang disusun dan dimainkan dengan cara dipukul. Melansir dari kemdikbud.go.id.
Sekilas Kolintang ini hampir sama dengan alat musik Gambang dari Jawa, tetapi yang membedakan adalah nada yang dihasilkan lebih lengkap dan cara memainkannya sedikit berbeda.
C. Wisata Buatan
- Welu Café & Resto
- Lokon View
- Puncak Kaisanti
- Valentine
- Tewazen Resto
- Kolam Air Panas Blessing
- Kolam Air Panas Zano Leos
- Green Valley
D. Kuliner & Kearifan Lokal
- Makanan Tinutuan/Bubur Manado
- Industri Rumah Panggung