Dari kiri duduk: Deyke J. F. Mandang, ST., MM, (Anggota PIM) Tengah: Dr. Ir. Don R. G. Kabo, SST., MT., IPM. (Narasumber), Estrellita V. Y. Waney, ST., M.Eng.Mgt, (Ketua PIM).(Foto: ist.)
Tomohon, LensaUtara.id – Politeknik Negeri Manado kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung keselamatan masyarakat melalui kegiatan “Program Penerapan Iptek pada Masyarakat (PIM)” di Kelurahan Kakaskasen Dua, Kota Tomohon yang dilaksanakan pada Senin 19 Agustus 2024.
Pemerintah Kota Tomohon dalam hal ini Lurah Kakaskasen Dua Fendy M. Mongdong, SE, didampingi Sekretarisnya Waldo Tulus, SH., sebagai mitra menyambut baik kegiatan ini dengan memfasilitasi gedung pelatihan agar warganya mendapatkan IPTEK melalui pelatihan dan transfer ilmu pengetahuan mengenai pembangunan rumah yang aman terhadap gempa dan pembangunan hunian ekonomis. Mengingat letak geografis Kota Tomohon yang berada di antara dua gunung, Gunung Mahawu dan Gunung Lokon yang berstatus aktif.
Sebagai narasumber Dr. Ir. Don R. G. Kabo, S.ST, MT, IPM, yang telah berbicara tentang topik ini sejak tahun 2009 bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Pengalamannya bersama JICA menjadikannya narasumber yang sangat kompeten dalam program ini.
Program ini sepenuhnya didukung oleh Direktur Politeknik Negeri Manado, Dra. Maryke Alelo, MBA, dan diselenggarakan melalui Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M), yang diketuai oleh Dr. Ir. Jeanely Rangkang, M.Eng.Sc.
Tim pelaksana kegiatan ini dipimpin oleh Estrellita V. Y. Waney, ST., M.Eng.Mgt, dengan anggota tim terdiri dari Prof. Dr. Ir. Debby Willar, ST., M.Eng.Sc., IPU., ASEAN Eng., Deyke J. F. Mandang, ST., MM., dan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Program Studi Konstruksi Bangunan Gedung.
Menurut Estrellita V. Y. Waney, pelatihan ini sangat penting bagi masyarakat Kakaskasen Dua untuk kesiapan terhadap gempa bumi. “Dengan potensi gempa yang besar di Sulawesi Utara, penting bagi masyarakat untuk memiliki pengetahuan tentang bagaimana membangun rumah yang lebih aman dari gempa. Kita bisa belajar dari kejadian gempa di Kabupaten Bantul 27 Mei 2006, di mana lebih dari 4000 korban jiwa berasal dari rumah-rumah sederhana yang tidak tahan gempa,” jelas Waney.
Pelatihan ini tidak hanya ditujukan kepada masyarakat dan para tukang, tetapi juga menarik perhatian mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) yang sedang melaksanakan praktik lapangan dan beberapa dosen Universitas Sariputra Indonesia Tomohon (Unsrit) dimana kampus Unsrit di Kelurahan Kakaskasen Dua. Kehadiran mereka menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap topik ini dan pentingnya kesiapsiagaan bencana.
Tim PIM berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut sebagai model kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. “Bencana tidak dapat kita prediksi kapan dan seberapa besar akan terjadi, sehingga pengetahuan ini menjadi penting untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi,” tambah Waney. (Redaksi LU)