Pesparani Katolik Jadi Media untuk Pererat Persatuan

Jakarta, LensaUtara.id – Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional III menjadi media untuk mempererat persatuan, persaudaraan, dan keberagaman.

“Kita mengawali Pesparani III dengan perayaan ekaristi. Tentu yang dimaksud ekaristi bukan sekadar salah satu acara dari rangkaian acara yang akan menyusul. Kita semua tahu ekaristi adalah syukur atas karya agung Tuhan,” ujarnya di Jakarta, Sabtu.

Perhelatan akbar bertema “Kebersamaan Dalam Keberagaman” diikuti 38 kontingen dari semua provinsi. Provinsi DKI Jakarta meneruskan tongkat estafet tuan rumah Pesparani Katolik Nasional.
 
Sebelumnya, Provinsi Maluku dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masing-masing menjadi tuan rumah Pesparani Katolik Nasional I (2018) dan II (2022).
 
Pesparani Katolik Nasional III menyajikan 13 cabang lomba yang digelar selama dua hari pada Minggu (29/10) dan Senin (20/10) di Jakarta International Expo (JIExpo), Jakarta.
 
Semua cabang lomba dibagi dalam empat kategori, yakni paduan suara, menyanyikan mazmur, cerdas cermat rohani, dan tutur kitab suci.
 
Sebanyak 52 orang tergabung sebagai dewan juri dan 13 inspektur lomba telah mengambil sumpah untuk melakukan penilaian secara transparan.
 
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengapresiasi doktrin “100 persen Katolik 100 persen Indonesia” yang disampaikan Ignatius Suharyo, beberapa waktu lalu. Doktrin itu berasal dari Monsinyur Albertus Soegijapranata (1896-1963), uskup pribumi pertama Indonesia.
“Ini kalimat sederhana tapi menginspirasi kita semua sebagai bangsa,” katanya.
Menurut dia, doktrin ini sarat akan kesadaran dan penerimaan terhadap keberagaman di Indonesia. Apalagi Indonesia didirikan dengan ciri kodrati yang majemuk, beragam, baik dari suku, bangsa, agama, dan keragaman lainnya.
 
“Indonesia ini berdiri, merdeka, dan kuat seperti sekarang ini karena keberbedaan dan keberagaman yang dimiliki,” kata dia.
 
Yaqut juga mengapresiasi tema Pesparani III yang relevan dengan alasan kenapa Indonesia berdiri. Tema ini juga kontekstual dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda yang mengangkat tema “Bersama Memajukan Indonesia”.
 
Kebersamaan para pemuda, kata dia, menjadi kunci kemerdekaan Indonesia. Kebersamaan pemuda juga menjadi kunci negeri ini bisa mewujudkan cita-cita besar.
“Pemuda menjadi kunci bagaimana kita bisa menuai harapan-harapan yang kita semai di masa-masa sekarang dan kita ambil hikmahnya di masa yang akan datang,” kata dia.
 
Ia berharap, umat Katolik terus menjadi contoh dalam merawat semangat kebersamaan dalam keberagaman sebab kebersamaan dalam keberagaman kekuatan untuk membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *