TOMOHON, LensaUtara.id–Para kandidat bakal calon Walikota Tomohon kini makin mengkristal menjadi tiga nama. Ketiganya adalah Caroll Senduk (petahana), Wenny Lumentut, dan Miky Wenur.
Senduk adalah representasi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Lumentut representasi dari Independen (perseorangan), dan Miky Wenur representasi dari Partai Golkar.
Ketiganya memiliki peluang yang sama. Namun tentu juga punya kekurangan dan kelebihan. Dalam manajemen bisnis dikenal dengan analisis SWOT. Singkatan SWOT merupakan akronim dari kata: kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
Analisis seperti ini juga bisa berlaku dalam dunia politik dalam menghitung kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan seorang kandidat atau figur.
Pertama, Caroll Senduk. Sebagai seorang incumbent Caroll punya kekuatan mengendalikan birokrasi. Apalagi Caroll saat ini ‘one man show’, karena tanpa Wakil Walikota. Termasuk Caroll juga mengendalikan keuangan daerah Kota Tomohon. Begitu pula jaringan partainya PDIP bersama Koalisi. Sebagai partai yang telah menembus sampai akar rumput, Caroll mendapat dukungan dari warga yang fanatik dan militan. Dari segi agama, ia juga mendapat dukungan dari warga GMIM.
Kelemahan Caroll, dalam pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik yang belum maksimal. Selama masa kepemimpinannya belum ada pembangunan infrastruktur yang menonjol. Karena infrastruktur yang ada saat ini merupakan hasil dari kepemimpinan sebelumnya.
Selain itu dengan “terpisahnya” Caroll dan Wenny, menunjukkan ketidakharmonisan dalam Pemerintahan.
Kelemahan lainnya adalah, istrinya Jeand’Arc Karundeng dinilai terlalu mendominasi dalam hal birokrasi.
Peluang Caroll masih terbuka untuk dipilih kembali. Namun itu juga tergantung siapa pasangannya. Santer terdengar ia akan dipasangkan dengan Rinny Tamuntuan yang sebelumnya Penjabat Bupati Sangihe. Namun ada pula nama Mono Turang dan Herry Mogi. Nama Turang dan Mogi tampaknya untuk merangkul warga dari kalangan Katolik. Hal itu untuk bersaing dengan Wenny Lumentut yang telah menggandeng Michael Mait. Karena Lumentut adalah representasi warga Katolik. Sedangkan Michael Mait representasi warga GMIM.
Tantangan Caroll adalah bagaimana bisa merangkul mereka yang berseberangan dengannya selama ini. Selain itu ia harus bersaing dengan Lumentut dan Wenur yang didukung oleh warga yang tidak puas dan berniat “Asal bukan merah” atau “ganti warna”.
Kemudian Wenny Lumentut. Dari hal kekuatan, Wenny punya pengalaman politik yang panjang. Ia pernah menjadi Anggota Dewan Provinsi Sulut dan Wakil Walikota Tomohon. Meskipun baru-baru ini ia gagal menjadi Anggota DPR RI.
Wenny juga masih memiliki pengikut yang militan. Ia mendapat dukungan mayoritas Katolik di Kota Bunga ini. Untuk memperkuat posisinya Ia menggandeng Michael Mait yang adalah Ketua Komisi Anak Sekolah Minggu Sinode GMIM.
Kelemahannya, Wenny tidak lagi memiliki pengaruh di dalam birokrasi, karena ia sudah mengundurkan diri sebagai Wakil Walikota. Kelemahan lainnya ia tidak lagi mendapat dukungan dari PDIP, dimana ia bernaung. Karena ia telah memilih jalur Independen. Juga santer gosip Wenni tidak memiliki dana kampanye yang cukup.
Namun peluang Wenny Lumentut masih terbuka. Terutama karena ia rajin melakukan pendekatan kepada masyarakat. Dan Wenny juga bisa meraup suara dari warga yang tidak puas dengan kebijakan Caroll selama ini.
Ancaman dan tantangan Wenny bagaimana membongkar suara yang sudah pernah dibangunnya bersama Caroll. Selain itu Wenny Lumentut juga harus berhadapan dengan pendukung Prabowo-Gibran yang bisa meraih suara terbanyak untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya.
Selanjutnya, Miky Junita Linda Wenur. Kekuatan Miky ia akan didukung oleh pendukung Prabowo-Gibran yang sukses meraup suara signifikan dalam Pilpres. Sebagai kader Golkar, Miky juga sudah lama berkiprah di dunia politik. Miky pernah menjadi Ketua DPRD Tomohon dan sejumlah jabatan. Dan Miky juga merupakan keterwakilan kaum perempuan. Dalam pelayanan gereja, ia selama jni aktif dalam pelayanan Wanita Kaum Ibu GMIM, baik di tingkat Sinode, Wilayah maupun Jemaat.
Kelemahannya, Miky masih harus memaksimalkan dukungan rakyat. Terutama membentuk kelompok-kelompok militan dan relawan.
Peluang Miky Wenur juga sangat terbuka. Terutama dari kalangan kaum wanita. Dan bila Koalisi pendukung Prabowo-Gibran masih utuh, Miky akan mendapatkan suara yang signifikan. Miky harus bisa membangun kembali Koalisi Indonesia Maju di Tomohon untuk mendukung dia.
Tantangan dan ancaman Miky, bagaimana bisa meyakinkan rakyat Tomohon untuk mempercayakan dirinya sebagai keterwakilan kaum perempuan. Selain itu ia juga harus bisa membongkar kantong-kantong suara yang selama ini mendukung Caroll dan Wenny.
Merujuk hasil pilpres lalu di Kota Tomohon, Prabowo-Gibran meraih 51.374 suara (74,24%) dari 69.199 suara sah, disusul Ganjar-Mahfud 16.877 suara (24 ,39%) dan Anies-Muhaimin suara (1,37%).
Sedangkan hasil pemilihan calon legislatif DPRD Kota Tomohon, PDIP meraih 15 kursi, Golkar 7 kursi, dan Gerindra 3 kursi.