Megawati di HUT ke-50 PDIP: Pernah Dijuluki Ratu Preman, dan Belum Mau Umumkan Capres

JAKARTA, LensaUtara.id – Acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 Partai PDI Perjuangan Selasa 10 Januari 2022, diisi pidato Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri. Dengan mengangkat tema “Genggam Tangan Persatuan dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam”, Megawati berpidato cukup panjang.

Banyak hal yang ia kemukakan, mulai dari sejarah berdirinya PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan ayahnya Soekarno pada 4 Juni 1927, sejarah PDI Perjuangan, hingga soal calon Presiden.

Apa yang ditunggu para kader PDIP maupun seluruh warga Indonesia terkait Calon Presiden dari PDIP, ternyata tanpa kejutan. Karena Megawati belum bersedia mengumumkannya.

Dalam perayaan HUT Emas PDI Perjuangan yang dilaksanakan di JIExpo, Kemayoran, DKI Jakarta ini, Megawati banyak menyebut nama-nama tokoh yang terkait dengan perjuangan dan peran PDIP. Tapi di antara nama itu, tak satupun nama Gandjar Pranowo disebut. Padahal Gandjar disebut-sebut sebagai Calon Presiden yang memiliki elektabilitas tinggi.

Yang menarik, dalam memaparkan sejarah berdirinya PDI Perjuangan, Megawati mengaku pernah dijuluki sebagai “Ratu Preman” oleh kalangan polisi pada waktu awal berdirinya PDI Perjuangan. Sedangkan para pendukung dan simpatisan PDIP disebut dengan “semut merah”.

Dalam pidatonya Megawati memaparkan tentang ketokohan ayahnya Soekarno sebagai pendiri bangsa Indonesia.

Ia juga menyampaikan banyak hal terkait peran PDIP dan para kadernya dalam berbangsa dan bernegara.

Megawati Soekarnoputri mengingatkan agar kader partainya terus turun ke bawah dan mengikuti aturan partai.

“Struktur yang sudah kita tahu dengan nama Tiga Pilar. Kalau ini saja sudah beres, sudah bagus, tetapi orang-orangnya masih tidak berdisiplin, satu. Dua, tidak punya harga diri. Jadi, ibu musti apa dong? Ibu musti apa? Ayo jawab sendiri, ibu musti apa? Tuh akeh sing meneng, timbang sing teriak. Satu suara, ibu musti apa?” tanya Megawati, yang kemudian disambut kata “Pecat” oleh ribuan kadernya.

Menurut dia, ini karena ada yang tidak menjalankan instruksi partai. Mau bilang apa lagi?

“Sekali lagi, tidak menjalankan instruksi partai, untuk apa ibu kasih kertas dengan tanda tangan ketua umum, paling ngelihat. Ibu paling enggak tahu. No, ibu tahu loh,” kata Megawati.

Menurut dia, bekerjanya para kader akan diawasi oleh Situation Room yang diketuai oleh Prananda Prabowo.  

“Sekarang ibu kan sudah bikin, ibu udah turun loh, itu diketuai sama Mas Prananda. Jadi ada tempat pemantauan, absensi mesti jalan, coba bayangkan apa yang ibu instruksikan harus dijalankan,” ujarnya.

Instruksi yang dikeluarkannya, kata dia, mudah yaitu turun ke bawah.

“Kalian mau jadi lagi gak sih yang namanya legislatif sama eksekutif. Kalau meneng bae, akeh sing enggak kepengen toh. Ya orang ini enggak jawab serempak. Ya tapi sebetulnya enggak ada cara lain, turun ke bawah,” ucapnya.

Megawati Soekarnoputri masih enggan untuk mengumumkan nama calon presiden (capres) yang akan diusung oleh partainya pada Pemilu 2024 saat perayaan HUT Ke-50 PDIP.

Namun, Megawati menyadari beberapa pihak menunggu PDIP mau mengumumkan capres saat HUT Ke-50 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

“Ngopo (mengapa), toh, yo, orang ini sebetulnya seremonial 50 tahun, karena ini yang ditunggu-tunggu kalau orang main taruhan sudah masang. Sing arep (yang mau) yang diumumkan Ibu sopo (siapa),” kata Megawati dalam pidatonya.

Ucapan Megawati lantas menuai tepuk tangan dari peserta HUT ke-50 yang didominasi ribuan kader PDIP.

Namun, Megawati sedikit bercanda terhadap reaksi tersebut dengan mengaku tidak akan tergiur mengumumkan Capres 2024 dari PDIP saat HUT ke-50.

“Ya, nanti dahulu, memangnya aku, situ tepuk tangan, mau tergiur umumkan. Enggak,” kata dia.

Presiden Kelima RI itu mengaku sebagai pemilik mandat dari PDIP untuk menunjuk Capres 2024 dari partainya, akan menunggu waktu tepat memilih calon pemimpin Indonesia itu.

“Iya, dong, kan, mesti keren, kan, saya ketum terpilih di kongres partai sebagai institusi tertinggi partai, maka oleh kongres partai diberikan, lah, ketum terpilih hak prerogratif siapa yang akan dicalonkan,” katanya.

“Sekarang nungguin, enggak ada, ini (nama capres) urusan gue,” kata Megawati.

Membangun dan menjaga NKRI adalah tugas dan kewajiban bersama seluruh komponen bangsa.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *