Manado, LensaUtara.id – Ajakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey “Mari Jo Bakobong”, memang bukan hanya slogan. Terbukti bukan hanya petani yang tergerak melakukan gerakan tersebut, tapi juga para pegawai negeri dan juga di kalangan militer (TNI dan Polri), termasuk kalangan gereja.

Ajakan “Mari Jo Bakobong” dari seorang Olly Dondokambey juga bukan hanya sekadar basa-basi, karena Olly sendiri secara pribadi sudah lama menerapkan gerakan itu. Meskipun ia disibukkan dengan kerja pemerintahan dan politik, tapi ia tidak meninggalkan usahanya untuk tetap berkebun dan beternak. Hal ini ia sudah lakukan sejak masa kecil. Karena ia tumbuh dari lingkungan keluarga dan masyarakat petani.
Olly dalam kesehariannya, meskipun banyak kesibukan, ia selalu mengambil kesempatan untuk berkebun dan beternak. Hal ini untuk memberikan contoh dan teladan bagi masyarakat.
Jauh sebelum pandemi Covid-19, masyarakat Sulawesi Utara ia dalam segala kesempatan selalu mengingatkan agar mengolah lahan pertanian dan juga beternak. “Usahakan jangan biarkan lahan tidur,” tukasnya.
Dan di saat dunia dilanda pandemi Covid-19, berkebun dan beternak menjadi andalan dalam mempertahankan ekonomi.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey meskipun sibuk, selalu mengambil kesempatan berkebun dan beternak.(Foto: ist.)
Keberhasilan Sulawesi Utara mempertahankan pertumbuhan ekonominya, juga menarik perhatian banyak kalangan. Bagaimana kiat-kiat mempertahankan pertumbuhan ekonomi baik sebelum pandemi Covid-19, saat pandemi dan sesudah pandemi, menurut Gubernur Sulut Olly Dondokambey hal itu tidak lepas dari adanya gerakan berkebun dan beternak.
Ia mengungkapkan, dalam mengatasi masalah pandemi, Pemerintah Sulawesi Utara kemudian mencari solusi untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
“Dan solusi terbaik yang kami canangkan adalah mengajak masyarakat Sulut untuk mengembangkan pertanian. Kami mencanangkan apa yang disebut dalam bahasa dialek Manado Marijo Bakobong. Artinya itu adalah ajakan untuk berkebun,” jelasnya kepada salah satu TV nasional yang mewawancarainya.
Ajakan berkebun itu, juga disertai dengan stimulan. Dimana Pemerintah Sulut memberikan asuransi bagi petani dan peternak. Dimana kalau gagal panen atau peternakan mengalami masalah, pemerintah daerah akan mengganti kerugiannya.
“Dan ini ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat Sulut. Sehingga mereka ramai-ramai berkebun. Akibatnya, di saat pandemi masyarakat Sulut tetap survive dalam mengatasi masalah ekonomi. Karena hasil-hasil produksi pertanian dan peternakan bisa dinikmati masyarakat. Mereka juga bisa menjual hasil-hasil pertanian dan perernakan,” katanya lagi.
Dengan keberhasilan mengatasi ekonomi itu, maka pertumbuhan ekonomi Sulut tetap positif. Walaupun sempat turun di masa pandemi, dan juga mengalami inflasi yang cukup tinggi, tapi masih bisa teratasi. “Sekarang ini tercatat pertumbuhan ekonomi Sulut mencapai 5,93 persen,” jelasnya.
Olly berharap setelah masa pandemi berakhir, pertumbuhan ekonomi Sulut akan segera bertumbuh lagi. Dengan harapan dunia pariwisata akan bergerak kembali, dan program Marijo Bakobong akan terus digalakkan.