MANADO, LensaUtara.id – Pengamat politik DR Ferry Daud Liando mengingatkan agar Partai Politik harus mengantisipasi masuknya politisi instan. Terutama menjelang Pemilu serentak 2024.
“Kalaupun parpol sengaja melupakan, masih ada benteng terakhir membatasi ruang politisi minim prestasi untuk memenuhi ambisi gelapnya, yaitu masyarakat atau pemilih,” tutur Dosen FISIP Unsrat Manado ini, Rabu (20/07).
Ia mengatakan, berjibaku dengan siasat buruk bisa dilakukan para calon politisi untuk memaksakan diri memperkenalkan diri ke publik. “Salah satunya adalah menampilkan wajah-wajah polesan di berbagai pajangan baliho dan iklan seperti seorang pengemis mengharap belas kasihan agar dipilih kelak,” ujarnya lagi.
Perilaku ini, tambahnya, adalah model politisi murahan karena abai melewati proses pembinaan dan prosedur politik secara sistematis. Gaya politisi inipun sepertinya tanpa rasa malu memuji diri sendiri dengan segala kelebihan mereka. Banyak kalimat yang dikreasi sendiri oleh calon berbunyi “inilah calon yang jujur, sopan, dan pinter”.
Kalaupun kelebihan itu benar adanya, harusnya pujian itu berasal dari orang lain, bukan dia sendiri yang memberi pujian atas dirinya. “Banyak baliho yang dipajang sendiri oleh calon, bukan dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk kesadaran dan kesenangan terhadap calon,” tutur Liando.
Menurut Liando, para politisi yang berkualitas, tidak hanya melakukan pembelaan pada kelompok marginal, tertindas dan korban ketidakadilan, tetapi berusaha mewujudkan kepentingan publik sampai pada perjuangan mengusulkan kebijakan publik seperti UU atau kebijakan anggaran.
“Dari perjuangan itulah maka politisi mendapat simpati dan empati publik. Mereka menjadi populer sehingga para politisi tidak perlu menyogok pemilih dengan uang. Masyarakat justru dengan sukarela mengumpul donasi untuk sumbangan kampanyenya,” ujar Ferry Liando.(jef)