BMKG: Gempa Tenggara Bolaanguki Sulut Akibat Subduksi Lempeng Sangihe

Wilayah Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara diguncang gempa tektonik pada Kamis, pukul 11.31WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan Magnitudo 5,2.(Foto: ist.)

Manado, LensaUtara.id – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa tektonik yang terjadi di tenggara Bolaanguki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara akibat subduksi lempeng Sangihe.

“Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Sangihe,” kata Daryono dalam laporan yang dibagikan dalam grup percakapan BMKG dan Stakeholder di Manado, Kamis.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).   

Pada Kamis, pukul 11:31:29 WIB, wilayah Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara diguncang gempa tektonik.  

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,2.  

Episenter gempa terletak pada koordinat 0,21° LS ; 124,62° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 95 kilometer arah Tenggara Bolaanguki, Sulawesi Utara pada kedalaman 41 kilometer.

Daryono mengatakan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kota Kotamobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan skala intensitas II-III MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah, seakan akan truk berlalu.

Dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Hingga pukul 12.05 WIB, hasil pemantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

Dia berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Selain itu, menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa, memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.

Masyarakat juga diharapkan memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *