BI Perkirakan Peningkatan Harga Makanan Dorong Kenaikan Inflasi Sulut

Manado, LensaUtara.id – Bank Indonesia (BI) memperkirakan peningkatan harga makanan akan mendorong kenaikan inflasi di Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan IV 2023.

“Ke depan peningkatan harga di kelompok makanan minuman dan transportasi diperkirakan akan mendorong inflasi di kedua kota IHK di Sulut,” kata Kepala BI Perwakilan Sulut Andry Prasmuko di Manado, Sabtu.

Dia mengatakan kelompok makanan, minuman, dan tembakau diperkirakan berisiko mendorong kenaikan inflasi seiring dengan telah selesainya masa panen dan keterbatasan pasokan komoditas daging babi.

Di samping itu, katanya, penyesuaian harga BBM nonsubsidi juga berisiko mendorong kenaikan inflasi kelompok transportasi.

Di sisi lain, katanya, normalisasi harga komoditas perikanan dan harga beras diperkirakan menahan kenaikan inflasi.

Dia menjelaskan untuk menjaga harga yang stabil, Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulut terus melakukan sinergi dan koordinasi dalam pengendalian inflasi, baik Gerakan Pangan Murah, rapat koordinasi TPID tingkat kabupaten dan kota maupun provinsi, serta penyelenggaraan capacity building TPID.

Dia menjelaskan, inflasi di kedua kota IHK di Sulut tetap terkendali. Inflasi tahunan Kota Manado dan Kota Kotamobagu berada di rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3±1 persen.

Kota Manado mengalami inflasi bulanan sebesar 0,14 persen (mtm) atau 1,16 persen (yoy), sementara Kota Kotamobagu tercatat deflasi sebesar 0,39 persen (mtm) atau 2,77 persen (yoy).

Inflasi Kota Manado pada September 2023 didorong oleh inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau terutama kenaikan harga beras.

Minimnya curah hujan sebagai dampak dari El Nino menurunkan panen padi baik dari dalam daerah Sulut yakni di Dumoga, dan Langowan maupun pemasok di luar provinsi Sulut (Sulawesi Tengah).

Sebaliknya, di Kota Kotamobagu, deflasi didorong oleh deflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau terutama penurunan harga bawang merah.

Penurunan harga bawang merah disebabkan oleh melimpahnya pasokan bawang merah terutama yang berasal dari luar provinsi yakni Surabaya, Nusa Tenggara Barat, Makassar, Gorontalo.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *