Manado, LensaUtara.id – Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengirimkan sampel ke Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan, untuk memastikan ternak babi di Tomohon bebas virus ‘African Swine Fever’ (ASF).
“Ada sekitar tujuh atau sepuluh sampel yang kami ambil pada ternak babi di Tomohon, sebelumnya memang ada kasus ternak babi yang mati,” sebut Kepala Bidang Peternakan Distanak Sulut, dr Hanna Tioho di Manado, Rabu.
Selain mengambil sampel di sejumlah kandang ternak babi di Tomohon, Distanak juga masih menunggu sampel lainnya dari Kabupaten Minahasa Tenggara.
“Kami juga masih menunggu sampel dari Kabupaten Minahasa Tenggara untuk selanjutnya dikirim ke Maros untuk diperiksa apakah tertular virus ASF atau tidak,” katanya.
Saat ini kata dia, upaya pengetatan atau pengawasan terus dilakukan lintas sektor untuk mencegah penyebaran virus ASF tersebut masuk ke wilayah Sulawesi Utara.
Langkah antisipasi, kata dr Hanna sudah dilakukan sejak tahun 2019 di antaranya tidak membolehkan produk turunan daging babi dari negara tertular virus ASF.
“Padan tahun 2019 lalu saat masih ada penerbangan langsung China ke Manado, kita tidak membolehkan produk daging babi masuk,” katanya.
Selain itu, pemprov melakukan sosialisasi kepada peternak tentang bahaya virus ASF di antaranya tidak memberikan makanan sisa yang berasal dari luar.
“Pengetatan juga dilakukan di pintu masuk ke Sulut, dilakukan deteksi dini untuk ternak-ternak yang akan dilalulintaskan,” ujarnya.
“Instruksi Gubernur Sulut sudah terbit sejak tahun 2021, dan berdasarkan peraturan di perbatasan harus dilakukan pengawasan, dan itu sudah dilakukan hingga saat ini,” katanya.
Virus ASF, kata dia tergolong berat dan tidak melayang atau berada di udara, dan penyebarannya bisa melalui orang atau media kendaraan yang berasal dari daerah tertular, bisa juga melalui makanan.
Sebelumnya, Kepala Balai Karantina Pertanian Manado, Yusup Patiroy memastikan Sulut belum ada kasus penyebaran virus ASF, namun harus diperketat pengawasannya.