Manado, LensaUtara.id – Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengandalkan objek wisata pantai dan wisata bahari untuk menggaet sebanyak 1 juta kunjungan wisatawan mancanegara dari China selama 2023.
“Target 1 juta itu realistis karena dari 10 provinsi di China saja, target tersebut sudah tercapai,” kata Gubernur Sulut Olly Dondokambey ditemui di Beijing, Kamis (11/5).
Sampai sekarang ada dua penerbangan carter dari Guangzhou (Provinsi Guangdong) dan Kunming (Provinsi Yunnan) dalam sepekan yang mengangkut pekerja asing dari China tujuan Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
“Di setiap penerbangan ke Morowali itu ada 25 orang yang singgah untuk berwisata di daerah kami,” ujarnya.
Ia memastikan adanya penerbangan reguler dari China ke Manado mulai bulan Juli.
“Dari situ kami sudah mulai menghitung target kunjungan wisatawan dari China,” kata Olly, menambahkan.
Sulut merupakan daerah tujuan terbesar kedua wisatawan China setelah Bali sebelum masa pandemi COVID-19.
Bahkan pada saat itu ada 15 penerbangan langsung dari China menuju Manado setiap pekan.
Di provinsi paling utara Pulau Sulawesi yang menghadap ke perairan Samudera Pasifik itu banyak terdapat pantai dan pulau-pulau kecil.
“Kami punya tiga kabupaten kepulauan. Ini menjadi daya tarik tersendiri karena pantainya berpasir putih dan pemandangan bawah lautnya sangat indah,” kata Bendahara Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu.
Selain itu, Sulut juga memiliki pemandangan alam bentang pegunungan yang dilengkapi dengan arena bermain paralayang.
“Kami juga punya kuliner laut khas dengan harga terjangkau dan beragam,” ucap Olly.
Untuk mendukung sektor pariwisata, PT Conch Cement Indonesia akan membangun properti di Sulut.
Menurut Gubernur, Conch yang berkantor pusat di Kota Wuhu, Provinsi Anhui, China, itu telah berinvestasi senilai Rp6 triliun untuk mendirikan pabrik semen di Sulut. Conch juga telah merealisasikan 200 kamar hotel dari 600 kamar yang direncanakan sebagai sarana pariwisata.
“Saya berkeliling ke China ini salah satunya juga untuk memperbarui kontrak-kontrak investasi dengan investor China yang tertunda karena pandemi,” kata anggota DPR-RI periode 2004-2015 itu.